orang yang memasuki masa remaja mulai berpikir untuk

3 Cara berpikir kausalitas Remaja sudah mulai berpikir yang menyangkut sebab- akibat. Jadi dia sudah mulai kritis dalam berpikir segala sesuatu, sehingga ia mulai berani melawan pendapat orang dewasa. 4. Emosi yang meluap- luap Keadaan emosi remaja masi labil karna erat hubunganya dengan keadan hormon. Emosi remaja lebi kuat dan lebi menguasai Tiaporang yang memasuki masa remaja akan mengalami perubahan dalam daya pikir, yang mana sifat kekanak-kanakannya akan hilang dan berubah menjadi manusia yang berpikir secara rasional. Dalam fase ini, seseorang akan mulai memikirkan atau sekedar merencanakan masa depan untuk dirinya sendiri. Perubahanyang dialami para remaja tersebut meliputi pemahaman tentang diri sendiri, pembentukan identitas diri, emosi mudah berubah, dan persiapan masa dewasa yang ditandai dengan mulai merasakan akan pentingnya sebuah pencapaian dan penempatan peran dalam lingkungan sosial. Pada umumnya remaja memiliki keingintahuan yang besar. Anakanak yang mulai memasuki batasan usia remaja mulai ingin punya kamar sendiri atau tidak ingin lagi ikut jalan-jalan ke mal dengan orangtua. Di usia 14-17 tahun, remaja bahkan sudah bisa beradu argumen dengan orangtua untuk mendapatkan privasi ini. 3. Jatuh cinta. Di usia 14 tahun, para remaja mulai menunjukkan ketertarikan dengan lawan jenis. PerkembanganAnak Usia 12-14 Tahun. Perkembangan psikologi anak yang perlu diperhatikan oleh para orang tua yaitu saat anak memasuki usia 12-14 tahun. Seperti yang diketahui, seiring beranjak nya usia, anak-anak mulai memasuki masa remaja dan mereka cenderung menginginkan independensi. Tout Les Site De Rencontre 100 Gratuit. Jakarta - Masa remaja adalah masa yang galau, labil ataupun alay. Ada begitu banyak istilah-istilah aneh yang disematkan untuk para remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Di dalam otak dan kepalanya, para remaja ini mengalami beberapa perubahan yang perlu ini dapat menjelaskan perilaku remaja yang acapkali penuh drama, tak rasional dan agresif tanpa alasan yang jelas. Di sisi lain, para remaja ini juga memiliki kebutuhan yang besar akan kebebasan dan kasih sayang. Memang setelah bayi, pertumbuhan otak yang paling drastis terjadi pada masa dilansir LiveScience, Rabu 3/10/2012, berikut adalah 10 perubahan yang terjadi pada otak para remaja 1. Otak Sedang Dalam Tahap PerkembanganUsia remaja kebanyakan ditentukan pada rentang usia antara 11 - 19 tahun. Masa-masa ini dianggap sebagai masa kritis pembangunan. Ketika melalui masa pertumbuhan ini, ketrampilan kognitif dan kemampuan baru akan muncul."Otak terus berubah sepanjang waktu, tetapi ada lompatan besar dalam perkembangannya ketika memasuki masa remaja. orangtua harus memahami bahwa meskipun anaknya tumbuh besar, pada tahap ini remaja masih berada dalam masa perkembangan yang akan mempengaruhi kehidupannya selanjutnya," kata Sara Johnson, asisten profesor di Sekolah Johns Hopkins Bloomberg of Public Otak Mulai MekarPada bayi, otak mengalami pertumbuhan koneksi yang amat besar. Namun ketika memasuki usia 3 tahun, beberapa sambungan tersebut kemudian dipangkas agar lebih lebih temuan yang diterbitkan jurnal Nature Neuroscience menegaskan bahwa ledakan pertumbuhan saraf terjadi untuk kedua kalinya tepat menjelang pubertas. Puncaknya adalah saat usia sekitar 11 tahun untuk anak perempuan dan 12 tahun untuk anak laki-laki. Perkembangan ini diperkirakan terus berlanjut hingga usia 25 tahun. Beberapa perubahan kecil juga tetap berlangsung seumur Memiliki Kemampuan Berpikir yang BaruKarena meningkatnya sambungan saraf, otak remaja jadi lebih efektif dalam mengolah informasi. Remaja mulai memiliki kemampuan komputasi dan belajar mengambil keputusan layaknya orang remaja masih terlalu dipengaruhi oleh emosi karena otaknya lebih mengandalkan sistem limbik yang mengedepankan emosi ketimbang korteks prefrontal yang mengolah informasi secara Rewel Kepada OrangtuaRemaja berada di tengah kesenangan memperoleh keterampilan baru yang luar biasa, terutama yang berkaitan dengan perilaku sosial dan pemikiran abstrak. Tapi karena belum pandai menggunakan, remaja harus melakukan percobaan. Terkadang orangtuanya sendiri dijadikan sebagai kelinci remaja melihat konflik sebagai sarana untuk mengekspresikan diri dan mengalami kesulitan untuk berfokus pada hal-hal abstrak atau memahami sudut pandang orang lain. Pada dasarnya remaja masih membutuhkan orangtuanya dengan kematangan emosional agar membantunya tetap Gejolak Emosi yang IntensMasa pubertas merupakan awal dari perubahan besar dalam sistem limbik, yaitu bagian otak yang tidak hanya membantu mengatur detak jantung dan kadar gula darah, tetapi juga penting untuk membentuk memori dan emosi. Selama masa remaja, sistem limbik lebih banyak mendominasi dibandingkan korteks prefrontal yang berhubungan dengan kemampuan perencanaan, pengendalian dorongan dan daya nalar yang lebih dengan perubahan hormonal, dampak dominasi sistem limbik ini membuat emosi yang dialami terasa lebih intens, misalnya kemarahan, ketakutan, agresi, kegembiraan dan daya tarik Sangat Memperhatikan Kata TemanKarena remaja mulai mampu berpikir abstrak, kecemasan sosialnya pun meningkat. Demikian menurut penelitian yang dimuat jurnal Annals of New York Academy of Sciences. Penalaran yang abstrak memungkinkan remaja memperhatikan bagaimanakah dirinya dilihat oleh orang dapat menggunakan keterampilan baru untuk memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya. Itulah mengapa remaja sangat mendengarkan pendapat temannya. Namun di sisi lain, teman juga membantu para remaja mempelajari keterampilan baru seperti negosiasi, kompromi dan perencanaan Tak Pandai Mengukur RisikoKewaspadaan remaja bisa dibilang lambat bergarak karena dominasi sistem limbik yang mengedepankan emosi. Akibatnya remaja memiliki toleransi risiko yang lebih tinggi dibanding orang dewasa. Secara keseluruhan, perubahan ini dapat membuat remaja rentan terlibat perilaku berisiko seperti mencoba narkoba, terlibat perkelahian atau perilaku lain yang tidak Membutuhkan Figur OrangtuaSebuah survei terhadap remaja mengungkapkan bahwa 84 persen remaja memikirkan ibunya dan 89 persen memikirkan ayahnya. Lebih dari tiga perempat remaja suka menghabiskan waktu bersama orangtuanya. Sebanyak 79 persen senang bercengkrama dengan ibu dan 76 persen dengan masih membutuhkan orangtuanya untuk mempelajari bagaimanakah hidup mandiri dan menyiapkan diri untuk membentuk rumah tangganya Butuh Tidur Lebih BanyakMitosnya adalah remaja lebih banyak membutuhklan waktu tidur ketimbang saat masih kanak-kanak. Namun sebenarnya kebanyakan masalah tidur yang dialami remaja adalah pergeseran ritme sirkadian selama masa remaja. Remaja cenderung bangun siang namun terjaga sampai larut banyaknya kegiatan, banyak remaja akhirnya sampai kurang tidur. Akibatnya dapat memperburuk pengambilan keputusan. Tidur yang cukup dapat membantu otak remaja bekerja lebih NarsisPerubahan hormon saat pubertas berdampak besar bagi otak, salah satunya adalah memacu reseptor oksitosin diproduksi lebih banyak. Oksitosin meningkatkan kepekaan sistem limbik dan berkaitan dengan perasaan kesadaran diri, sehingga membuat remaja merasa seolah-olah ada orang yang mengawasiHal ini mungkin membuat remaja jadi tampak egois. Di sisi lain, perubahan hormon dalam otak remaja ini juga dapat membuat remaja menjadi lebih idealis. Sampai otaknya berkembang untuk menghadapi isu-isu yang bersifat abu-abu, remaja cenderung berpikir secara sepihak. pah/ir Siapakah remaja dan bagaimana mereka? Remaja adalah anak berusia 12 hingga 18 tahun. Pada usia tersebut, mereka akan mengalami perubahan baik fisik maupun psikis, serta perubahan lainnya secara mental. Perubahan yang dialami para remaja tersebut meliputi pemahaman tentang diri sendiri, pembentukan identitas diri, emosi mudah berubah, dan persiapan masa dewasa yang ditandai dengan mulai merasakan akan pentingnya sebuah pencapaian dan penempatan peran dalam lingkungan sosial. Pada umumnya remaja memiliki keingintahuan yang besar. Namun mereka belum mampu untuk memilih antara keinginan dan kebutuhan. Ketika pilihan tidak mendapat dukungan dari orangtua atau orang disekitarnya, mereka merasa dunia seolah menentang dan tidak mengerti dengan kemauannya. Apalagi saat mereka juga menghadapi berbagai tuntutan dari orangtua dan lingkungan sosialnya. Kondisi tersebut dapat membuat mereka cepat merasa jenuh, frustasi, stres, dan bisa mempengaruhi perilakunya seperti, masuk ke dalam pergaulan yang kurang baik atau dorongan untuk melakukan tindakan kekerasan, merokok, mengonsumsi alkohol, narkoba dan seks bebas. Penjelasan tersebut disampaikan psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo, dalam acara sharing session yang diselenggarakan oleh EF English First bertajuk Kiat Sukses Berkomunikasi dengan Remaja, di SOS Childrens Villages, Jakarta, Minggu 4/8. Vera mengatakan, bahwa orangtua memiliki andil besar ketika anak-anak mulai memasuki masa remaja agar anak tidak mudah terjerumus ke hal atau tindakan yang tidak diinginkan. Pada kesempatan yang sama, Cinthya, Marketing Manager EF English First mengatakan kegiatan ini merupakan komitmen EF untuk memberikan lebih banyak manfaat kepada masyarakat melalui pendidikan, dan acara tersebut merupakan rangkaian dari program EF Mobile yang telah diluncurkan pada 11 Juli lalu di SOS Childrens Villages Cibubur Jakarta. “Topik dan materi yang diberikan, disusun berdasarkan kebutuhan orangtua asuh di SOS yang disampaikannya melalui tanya jawab kami dengan ibu-ibu asuh di sini," kata Cintthya. "Sebagai orangtua, mereka ingin tahu bagaimana cara untuk menghadapi anak-anak mereka, terutama yang sudah menginjak masa remaja. Selain itu, mereka juga ingin membekali diri dengan lebih banyak lagi pengetahuan seputar pola asuh, untuk dapat memberikan yang terbaik bagi anak dan menjadikan mereka anak-anak yang mandiri," papar Cinthya. "Hal utama yang perlu dipahami orangtua adalah bagaimana proses tumbuh kembang anak saat memasuki usia remaja. Ada perbedaan antara otak remaja teen brain dengan otak," jelasnya.OL-09 Pengertian Remaja – Perkembangan manusia sejak lahir sampai meninggal dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori. Manusia dapat dikategorikan berdasarkan usia, yakni bayi, anak-anak, remaja, dan dewasa. Perkembangan manusia dapat juga dilihat dari kemampuan motorik, perkembangan berpikir, dan aspek-aspek lainnya. Masa perkembangan manusia yang paling menonjol dan cukup krusial adalah masa remaja. Di masa remaja, manusia beralih dari masa anak-anak menuju dewasa. Beragam perubahan tubuh pun mulai terlihat. Misalnya pada perempuan mulai tumbuh payudara, menstruasi, bulu di ketiak dan vagina, pinggul melebar, dan perubahan tubuh lainnya. Sedangkan, pada laki-laki mulai tumbuh jakun, bulu di ketiak dan penis, suara memberat, dan perubahan fisik lainnya. Tidak hanya perubahan fisik, cara berpikir pun ikut berubah. Mereka akan mulai mencoba-coba sesuatu yang terlihat menarik. Dan kerap kali tidak memikirkan konsekuensi yang akan diterima dari perbuatan yang dilakukan. Misalnya mencoba rokok, obat-obatan terlarang, seks yang tidak aman, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, remaja membutuhkan pendampingan dalam masa pertumbuhannya. Mereka harus memahami pergaulan sehat, edukasi soal seksualitas, dan lain sebagainya. Berikut akan dibahas mengenai pengertian remaja sampai karakteristik yang dimiliki remaja. Pengertian RemajaCiri-Ciri dan Karakteristik Remaja1. Masa Remaja sebagai Periode yang Penting2. Masa Remaja sebagai Masa Peralihan3. Masa Remaja sebagai Masa Perubahan4. Masa Remaja sebagai Usia Bermasalah5. Masa Remaja sebagai Usia Mencari Identitas6. Masa Remaja sebagai Usia yang Menimbulkan Ketakutan7. Masa Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistis8. Masa Remaja sebagai Ambang Masa DewasaTahap Perkembangan Remaja1. Remaja Awal Early Adolescent2. Remaja Madya Middle Adolescent3. Remaja Akhir Late AdolescentPerubahan Fisik Remaja1. Ciri-Ciri Seks Primer2. Ciri-Ciri Seks SekunderPerubahan Sosial pada Remaja1. Teman Dekat2. Kelompok Kecil3. Kelompok Besar4. Kelompok yang Terorganisasi5. Kelompok GengKategori Ilmu Berkaitan PsikologiArtikel Psikologi Kemenkes merumuskan remaja sebagai suatu periode kehidupan manusia yang mana terjadi pertumbuhan dan perkembangan fisik, psikologis, dan intelektual secara pesat. Ia memiliki ciri khas berupa rasa ingin tahu yang tinggi, cenderung berani mengambil risiko dari perbuatannya tanpa mempertimbangkan dengan matang, dan menyukai hal-hal berbau petualangan. Sementara itu, menurut World Health Organization WHO, remaja merupakan masyarakat yang berada di rentang usia 10 sampai 19 tahun. Adapun, menurut Peraturan Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja didefinisikan sebagai penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana BKKBN rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Adapun menurut Monks dan Haditono, remaja merupakan seseorang yang berada di rentang usia 12-21 tahun. Masa remaja juga menjadi transisi dari anak-anak ke dewasa. Oleh sebab itu, pola pikir akan berubah dan berproses menuju dewasa. Selaras dengan Monks dan Haditono, King juga merumuskan pengertian remaja. Baginya, remaja merupakan perkembangan manusia yang ditandai dengan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa remaja biasanya dimulai pada sekitar usia 12 tahun dan berakhir pada usia 18-21 tahun. Dari beberapa pengerian di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan fase atau masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, biasanya terjadi pada rentang usia 10 sampai 18 tahun. Pada masa remaja, biasanya terjadi perkembangan baik fisik, psikologi, dan intelektual. Ia menjadi bagian masa perkembangan manusia. Ciri-Ciri dan Karakteristik Remaja Masa remaja menjadi periode yang sifatnya sementara. Ia akan berlalu jika telah mencapai ambang maksimum batas usia remaja. Fase remaja ini dapat dikenali dari beberapa ciri yang telah dirumuskan oleh Hurlock sebagai berikut. 1. Masa Remaja sebagai Periode yang Penting Ketika anak-anak mulai memasuki masa remaja maka akan disertai dengan perkembangan yang cepat. Sehingga, menyebabkan adanya penyesuaian mental dan pembentukan sikap, minat baru, dan niat. 2. Masa Remaja sebagai Masa Peralihan Pada masa ini, remaja masuk ke dalam fase bukan lagi seorang anak dan bukan juga seorang dewasa. Mereka dalam tahap peralihan status dan terjadi keraguan atau ketidakjelasan dalam diri remaja. 3. Masa Remaja sebagai Masa Perubahan Perubahan fisik berkembang selaras atau beriringan dengan perubahan sikap dan perilaku. Ada beberapa jenis perubahan yang terjadi pada remaja. Pertama, tingginya intensitas emosi bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis. Karena, biasanya, perubahan emosi terjadi lebih cepat selama awal masa remaja. Kedua, perubahan tubuh, peran, dan minat yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Ketiga, perubahan nilai-nilai yang dipengaruhi oleh perubahan minat dan pola perilaku remaja. 4. Masa Remaja sebagai Usia Bermasalah Setiap fase perkembangan memiliki pokok masalahnya masing-masinh. Namun, ketika remaja dihadapkan pada permasalahan maka cenderung kesulitan untuk mengatasinya sendiri. Oleh sebab itu, banyak remaja yang menyimpulkan bahwa penyelesaian atau jalan keluar masalah tidak selalu sesuai dengan harapan dan cara yang telah direncanakan. 5. Masa Remaja sebagai Usia Mencari Identitas Remaja dalam tahap ini mulai mencari jati diri atau esensi dia hidup. mereka mulai resah, gelisah, dan merasa tidak puas dalam banyak hal. Pencarian jati diri dilakukan dengan cara apapun misalnya membaca, menonton, bergabung ke komunitas, bertukar pikiran dengan orang lain, dan cara-cara lainnya. 6. Masa Remaja sebagai Usia yang Menimbulkan Ketakutan Remaja dianggap sebagai kelompok manusia tang tidak rapi, sulit diberikan kepercayaan, dan sering kali merusak. Hal ini menyebabkan orang dewasa yang bertanggung jawab mengawasi dan membimbing kehidupan remaja menjadi takut untuk mengambil tanggung jawab itu. Mereka juga enggan untuk bersimpatik pada perilaku-perilaku remaja yang dianggap tidak normal. 7. Masa Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistis Remaja akan mudah kecewa dan sakit hati jika rencana atau tujuannya tidak tercapai. Mereka cenderung melihat kehidupan dengan kacamata merah jambu. Dalam pandangannya, diri sendiri dan orang lain dilihat sesuai dengan keinginannya. Bukan dari apa adanya mereka. Harapan dan cita-cita pun dipupuk tidak realistis. Misalnya mimpi-mimpi atau cita-cita yang tidak sesuai dengan kemampuan diri ataupun ekonomi. Hal ini menimbulkan tingginya emosi yang menjadi salah satu ciri dari fase awal masa remaja. 8. Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa Mendekati usia kematangan atau dewasa, remaja menjadi gelisah untuk menunjukkan bahwa dirinya hampir dewasa. Sekaligus menghilangkan kesan stereotipe yang telah melekat belasan baru dan menggantinya dengan pandangan baru sebagai manusia dewasa. Anggapan bahwa berpakaian dan bertindak layaknya orang dewasa saja belum cukup. Maka, para remaja mencoba melakukan hal-hal yang berkaitan dengan kedewasaan, seperti seks bebas yang tidak diiringi dengan edukasi seks, merokok, mengonsumsi obat-obatan terlarang, dan minum minuman yang mengandung alkohol. Mereka mencoba cara ini karena dianggap memberikan citra yang sesuai dengan harapan dalam diri. Tidak hanya melalui ciri-ciri, remaja dapat dikenali dari beberapa karakteristik yang telah dirumuskan oleh Titisari dan Utami sebagai berikut. Perkembangan fisik dan seksual yang ditandai dengan laju perkembangan yang biasanya terjadi sangat pesat dan muncul adanya ciri-ciri seks sekunder dan seks primer. Dari sisi psikososial, remaja cenderung mulai memisahkan diri dari orang tua dan memperluas hubungan dengan teman sebaya. Dari segi kognitif, mental remaja telah mampu berpikir logis mengenai beragam ide abstrak. Dari segi perkembangan emosional cenderung tinggi. Hal tersebut disebabkan karena organ-organ seksual mengalami perkembangan dan mempengaruhi hormone-hormon yang mengontrol emosi. Dari sisi perkembangan moral, remaja ada dalam lingkaran harus tetap bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma dan peraturan yang diyakininya. Hal ini juga menyebabkan remaja melanggar peraturan dan nilai yang berlaku, seperti berhubungan seks di luar nikah, minum minuman beralkohol, tawuran, dan sebagainya. Perkembangan kepribadian menjadi fase yang penting bagi perkembangan dan integritas diri remaja. Tahap Perkembangan Remaja Soetjiningsih mengklasifikasikan masa remaja dalam tiga tahap perkembangan sebagai berikut. 1. Remaja Awal Early Adolescent Seseorang dengan usia12-15 tahun termasuk dalam kategori remaja awal. Pada masa ini, remaja mulai terjadi perubahan-perubahan fisik. Misalnya mulai tumbuh payudara, bulu di ketiak dan alat kelamin, suara yang memberat, pinggul melebar, dan sebagainya. Perubahan juga terjadi pada pikiran. Seperti mulai merasakan cinta monyet, mudah terangsang secara erotis ketika dipegang bahu atau area sensitif, emosi tidak stabil, dan lain sebagainya. 2. Remaja Madya Middle Adolescent Tahap kedua, yakni remaja madya yang berusia antara 15-18 tahun. Pada tahap ini, remaja membutuhkan kawan-kawannya. Mereka akan senang dengan pengakuan dari teman-temannya. Dalam tahap ini, remaja juga memiliki kecenderungan mencintai diri sendiri. Hal ini terlihat dari pilihan temannya yang harus selaras dengan cara berpikir, guyonan, dan hal-hal lain yang harus cocok. Tidak hanya itu, remaja dalam tahap ini terjadi kebingungan dalam diri ketika dihadapkan pada suatu pilihan. Misalnya menjadi peka atau tidak peduli pada suatu hal, optimis atau pesimis, sendiri atau ramai-ramai, materialistis atau idealis, dan pilihan-pilihan lainnya. 3. Remaja Akhir Late Adolescent Remaja akhir berkisar antara umur 18 sampai 21 tahun. Pada masa ini, remaja menuju tahap dewasa. Hal ini ditandai oleh beberapa ciri yang telah dirumuskan oleh Sarwono sebagai berikut. Minat makin yang akan mantap terhadap fungsi intelek. Egonya akan mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan dalam pengalaman-penglaman baru. Terbentuk identitas seksual yang tidak berubah lagi. Egosentrisme terlalu mencari perhatian untuk diri sendiri diganti dengan keseimbangan dan kepentingan diri sendiri dengan orang lain. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya privateself. Perubahan Fisik Remaja Fisik remaja mengalami perubahan yang sangat signifikan. Perkembangan seksualitas remaja dapat dilihat dari ciri-ciri seks primer dan seks sekunder. Berikut rincian dari keduanya. 1. Ciri-Ciri Seks Primer Dalam modul “Kesehatan Reproduksi Remaja” disebutkan bahwa remaja perempuan mengalami menstruasi sebagai tanda berkembangnya seks primer. Menstruasi sendiri merupakan peristiwa meluruhnya dinding rahim karena sel telur tidak dibuahi oleh sperma. Cairan yang dikeluarkan berupa darah yang keluar melalui vagina. 2. Ciri-Ciri Seks Sekunder Menurut Sarwono, berikut ciri-ciri seks sekunder yang dialami oleh remaja perempuan. Pinggul lebar, bulat dan membesar, putting susu membesar dan menonjol, serta berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat lubang pori-pori bertambah besar, kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Otot semakin besar dan semakin kuat terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk bahu, lengan dan tungkai. Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu. Perubahan Sosial pada Remaja Remaja harus mulai menyesuaikan relasinya dengan kehdipan sosial. Ia harus menyesuaikan dengan berbagai macam jenis hubungan seperti percintaan, sahabat, atau lainnya. Remaja cenderung lebih sering menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Oleh sebab itu, pergaulan remaja memberikan pengaruh besar pada sikap, minat, penampilan, pembicaraan, dan emosi. Misalnya, remaja akan mudah diterima di pergaulan jika mengenakan model fashion paling baru atau update. Atau mengikuti gaya hidup remaja kebanyakan seperti nongkrong di tempat-tempat terkenal. Pergaulan-pergaulan remaja membentuk suatu kelompok yang khas. Menurut Hurlock setidaknya ada 5 kelompok sosial sebagai berikut. 1. Teman Dekat Teman dekat juga dapat disebut sebagai sahabat karib. Biasanya terdiri dari jenis kelamin yang sama sehingga memiliki minat dan kemampuan yang sama pula. Mereka saling memperngaruhi satu sama lain. 2. Kelompok Kecil Biasanya, kelompok kecil terdiri dari kelompok teman-teman dekat. Kelompok ini cenderung terdiri dari jenis kelamin yang sama. Namun, tidak jarang pula terdiri dari jenis kelamin yang berbeda. 3. Kelompok Besar Kelompok besar terdiri dari kelompok teman dekat dan kelompok kecil. Mereka berkumpul karena minat yang sama misalnya kencan dan pesta. Jumlah remaja yang banyak dalam kelompok besar menyebabkan ketidakseragaman minat anggotanya. Dalam kelompok ini juga terjadi jarak antarsosial yang lebih besar. 4. Kelompok yang Terorganisasi Kelompok terorganisasi biasanya di bawah bimbingan dan pengawasan orang dewasa. Kelompok ini dibentuk oleh sekolah, organisasi masyarakat, pemerintah, dan lembaga lainnya untuk memenuhi kebutuhsan sosial remaja. Remaja yang tergabung dalam kelompok ini memiliki minat pada bidang yang sama. 5. Kelompok Geng Kelompok geng terbentuk dari kekecewaan karena tidak termasuk ke dalam kelompok kelompok besar, atau merasa tidak puas dengan kelompok terorganisasi. Mereka terdiri dari anak-anak yang serupa dan memiliki keinginan untuk menghadapi penolakan teman-temannya melalui sikap dan perilaku anti sosial. ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien Masa remaja adalah masa yang paling penting dalam siklus kehidupan, yang menjadi penanda dan perantara antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Masa ini adalah masa dimana perubahan cara berpikir yang sebelumnya masa kanak-kanak menerima segala apa yang dialami, masa remaja akan mempertanyakan dan menolak jika bertentangan dengan keinginannya. Jika keterampilan-keterampilan penting seperti membaca dan menghitung tidak berkembang selama masa kanak-kanak, keterampilan berpikir juga tidak berkembang kearah kematangan pada masa remaja. Para remaja yang kekurangan keterampilan fundamental umumnya mengalami kesulitan meraih pencapaian-pencapaian yang potensial. Pada remaja lain, masa ini adalah periode transisional yang penting dalam perkembangan berpikir kritis. Beberapa perubahan kognitif yang memampukan remaja berpikir kritis terjadi selama masa remaja, mencakup hal-hal berikut ini 1. Meningkatnya kecepatan, otomatisasi dan kapasitas pemrosesan informasi, sehingga membebaskan sumberdaya-sumberdaya kognitif untuk tujuan-tujuan yang lain. 2. Peningkatan pengetahuan dalam berbagai bidang. 3. Kemampuan yang meningkat dalam menyusun kombinasi-kombinasi pengatahuan baru. 4. Penggunaan strategi atau prosedur secara spontan dan dalam rentang yang lebih luas, mencakup perencanaan, pertimbangan alternatif-alternatif, dan pemenitoran kognitif dan pola pikir Referensi Santrock, John. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta Erlangga Perkembangan masa remaja adalah masa transisi atau periode peralihan dari masa anak menuju masa dewasa yang terjadi pada umur 12 hingga 21 tahun bagi wanita dan 22 bagi pria Asrori dalam Ajhuri, 2019, hlm. 122. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehinggaa mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Salah satu ciri utama dari dimulainya masa remaja adalah ketika pertumbuhan seksual mereka telah sempurna. Seperti yang diungkapkan oleh Thahir 2018, hlm. 147 bahwa masa remaja secara umum dimulai dengan pubertas, proses yang mengarah kepada kematangan seksual atau fertilisasi, kemampuan untuk bereproduksi. Masa remaja dimulai pada usia 12-18 tahun atau awal usia dua puluhan, dan masa tersebut membawa peluang untuk tumbuh bukan hanya dalam dimensi fisik, tetapi juga dalam kompetensi kognitif dan psikososial. Otonomi; harga diri, dan intimasi. Periode ini juga amat berisiko. Secara psikologis masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana remaja tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama Hurlock, 1999 dalam Thahir, 2018, hlm. 147. Jiwa “pemberontakan” yang biasa dilabelkan pada remaja harus dipandang sebagai perspektif orang dewasa. Hal ini karena jiwa pemberontak atau kenakalan yang tampak sering terjadi pada remaja sebetulnya bukan sepenuhnya karakteristik dari kelompok usia ini. Pada dasarnya, orang dewasa juga memiliki karakter yang sama, hanya saja pengalaman atau jam terbangnya berbeda. Sesungguhnya, yang disebut “pemberontakan” tersebut tidak lebih dari upaya remaja untuk mencari penegasan diri untuk menemukan bahwa dirinya berbeda, dan merupakan proses yang penting dalam tahap-tahap pembentukan kepribadian. Seperti bagaimana anak harus dibebaskan bermain dan bereksplorasi, hal serupa juga harus diterapkan pada remaja, tentunya dengan pengawasan dan arahan orang tua. Pembagian dan Ciri Masa Remaja Menurut Ajhuri, 2019, hlm. 123-124 secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yakni sebagai berikut. Masa remaja awal 12-15 tahun Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya. Masa remaja pertengahan 15-18 tahun Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri selfdirected. Pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas, dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu. Masa remaja akhir 19-22 tahun Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan vokasional dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri dari tahap ini. Sementara itu, karakteristik atau ciri individu pada masa perkembangan remaja adalah masa remaja sebagai periode peralihan dari kanak-kanak ke dewasa, masa remaja adalah periode perubahan terjadi peningkatan emosi, masa remaja sebagai usia bermasalah, cenderung tidak rapi, tidak hati-hati, masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan merasa banyak masalah, masa remaja cenderung memaksakan seperti yang ia inginkan tidak realistis, masa remaja sebagai ambang masa dewasa mencari hingga menemukan identitas diri sendiri Sumanto dalam Ajhuri, 2019, hlm. 124. Permasalahan Masa Remaja Masa remaja adalah masa yang terbilang sulit bahkan bagi remaja sendiri. Tentunya hal ini juga berlaku bagi orang tuanya. Lagi-lagi perlu ditegaskan bahwa sejatinya memberontak adalah insting alami dari remaja agar dapat berdiri sendiri melakukan sesuatu dengan caranya sendiri supaya dia menjadi dewasa dan tidak bergantung pada orang lain orang tua. Oleh karena itu, tugas masa orang dewasa tengah atau akhir adalah memaklumi namun tetap mengawasi, dan mendampingi, bukan hanya memarahi atau menasihati saja. Hal ini juga karena akan sulit untuk mendikte seorang remaja. Kesulitan-kesulitan remaja disebabkan oleh fenomena dari remaja sendiri dengan disertai beberapa perilaku khusus yang di antaranya adalah sebagai berikut. Periode remaja mulai untuk menyuarakan kebebasan serta haknya terhadap pendapatnya. Periode remaja akan lebih mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar, terutama oleh teman-teman sebayanya jika dibandingkan pada saat mereka masih pada masa kanak-kanak. Terjadinya perubahan fisik yang cepat dan pesat, mulai dari tumbuh kembangnya hingga seksualitasnya. Periode remaja memiliki kepercayaan diri yang tinggi over confidence. Kepercayaan diri ini akan meningkat bersama dengan emosinya sehingga akan mengalami kesulitan dalam menerima nasihat atau pengarahan dari orang lain, tak terkecuali orang tua Putro dalam Masykuroh dkk, 2021, hlm. 84. Masa Kritis Remaja Masa kritis remaja ialah dimana remaja berusaha mencoba menemukan siapa dirinya Kartikawati & Sari, 2017. Pada masa ini remaja cenderung akan memikirkan tindakan apa yang dilakukan, tindakan apa yang akan dan sedang dilakukan, serta akan mencoba sesuatu sampai dapat dilakukannya. Terdapat dua masa kritis pada remaja Marwoko, 2019 dalam Masykuroh, 2021, hlm. 87, yakni sebagai berikut. Ancaman/bahaya Fisik Bahaya fisik pada remaja meliputi beberapa poin di bawah ini. Kematian Kematian akibat kecelakaan di jalan raya menjadi penyebab utama kematian pada remaja. Diambil dari data World Health Organization WHO bahwa sebanyak juta orang mengalami kematian akibat kecelakaan di jalan raya Setyowati et al., 2019. Penyebab kecelakaan di usia remaja dikarenakan rendahnya pemahaman remaja terhadap ancaman/ bahaya di jalan raya. Seperti tidak memakai helm, berkendara dengan kecepatan diatas rata-rata, mengabaikan rambu lalu lintas di jalan. Bunuh Diri Bunuh diri menjadi penyebab kedua kematian pada remaja. Diambil dari data World Health Organization WHO bahwa sebanyak 800ribu orang meninggal karena bunuh diri Kusumayanti et al., 2020. Penyebab bunuh diri di usia remaja dikarenakan perilaku dan emosional remaja mengalami luapan emosi yang membuat gangguan perilaku muncul salah satunya yaitu bunuh diri. Cacat fisik Cacat fisik pada remaja sebabkan karena bawaan sejak lahir ataupun disebabkan karena terjadinya kecelakaan yang menyebabkan cacat fisik permanen. Sulit menyesuaikan diri Sulit menyesuaikan diri pada remaja disebabkan karena remaja yang tidak percaya diri akan kemampuan dan kelebihannya. Padahal, sejatinya setiap individu memiliki kemampuan dan kelebihan yang berbeda namun mungkin sulit untuk diwadahi atau belum mendapatkan medan yang sesuai di masa ini. Ancaman/Bahaya Psikologis Sementara itu ancaman atau bahaya yang akan dihadapi oleh individu pada periode remaja adalah sebagai berikut. Perilaku Sosial Remaja perlu mengembangkan perilaku sosial yang matang sehingga memperkecil ketidakmatangan dalam berperilaku sosial Kartikawati & Sari, 2017 dalam Masykuroh, 2021, hlm. 88. Ketidakmatangan tersebut seperti remaja memilih teman sebaya yang bersikap kekanak-kanakan, membuang-buang waktu bersama teman untuk membicarakan sesuatu yang tidak penting. Perilaku Seksual Remaja yang tidak memiliki pasangan akan dibedakan perlakuannya oleh teman-temannya, sikap seperti itulah yang menunjukkan ketidakmatangan remaja dalam berperilaku. Perilaku Moral Berkaitan dengan perasaan, pikiran, dan tingkah laku yang sesuai ataupun tidak sesuai dalam masyarakat. Ketidakmatangan dalam perilaku moral yaitu kenakalan remaja seperti Tindakan kriminal. Hubungan Keluarga Meningkatkan kemampuan untuk berinteraksi secara pribadi dengan keluarga dapat memperkecil permasalahan dalam keluarga. Begitu pun sebaliknya ketidakmampuan dalam berinteraksi maupun berkomunikasi dengan keluarga menyebabkan terjadinya permasalahan dalam keluarga. Menurut Hurlock dalam Masykuroh dkk, 2021, hlm. 86 terdapat 8 tugas perkembangan yang dimiliki oleh remaja, yakni sebagai berikut. Proses pencapaian untuk lebih matang dengan teman sebaya. Proses pencapaian untuk memenuhi tugas sosial laki-laki dan perempuan. Mampu menerima bagaimana kondisi fisiknya. Proses pencapaian untuk berperilaku sosial dan bertanggung jawab. Mempersiapkan karier. Proses pencapaian untuk memiliki sikap mandiri emosional dari orang dewasa maupun orang tua. Menyiapkan diri untuk berumah tangga. Proses pencapaian untuk lebih meningkatkan kemandirian dan membuat diterima oleh masyarakat. Kebutuhan Remaja Kebutuhan Remaja Semakin bertambah usia maka semakin lebih besar kebutuhan yang akan dimilikinya, begitu juga dengan remaja kebutuhan pada masa kanak-kanak akan mulai berkurang, diganti menjadi kebutuhan yang lebih matang. Kebutuhan ini terhitung penting bagi usia ini mengingat betapa sulit kehidupan mereka pada masa ini. Remaja diancam oleh bahaya fisik dan psikis yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam periode selanjutnya dalam hidup. Menurut Hurlock dalam Masykuroh dkk, 2021, hlm. 87 terdapat beberapa kebutuhan yang dialami remaja yang di antaranya adalah sebagai berikut. Kebutuhan rekreasi remaja seperti permainan dan olahraga, untuk mengembangkan pengetahuan dan fisik mereka, bersantai bersama teman, senang bepergian atau liburan bersama teman, membaca buku/majalah/novel, menonton film, dan melamun. Kebutuhan sosial remaja seperti remaja lebih senang atau lebih banyak menghabiskan waktunya bersama teman-teman. Kebutuhan pribadi remaja seperti merawat penampilan, mengembangkan prestasi, agama, Pendidikan dan seks atau perilaku seks. Perkembangan Fisik Remaja Pada usia 12 tahun, tinggi badan rata-rata remaja putra USA sekitar 150, sementara remaja putri sekitar 154 cm. Pada usia 18 tahun, tinggi rata-rata remaja putra USA sekitar 177 cm, sedangkan remaja putri hanya 163 cm. Kecepatan pertumbuhan tertinggi pada remaja putri terjadi sekitar usia 11 – 12 tahun, sementara pada remaja putra, dua tahun lebih lambat. Pada masa pertumbuhan maksimum ini, remaja putri bertambah tinggi badannya sekitar 3 inci, sementara remaja putra bertambah lebih dari 4 inci per tahunnya Marshall, dalam Thahir, 2018, hlm. 148. Seperti halnya tinggi badan, pertumbuhan berat badan juga meningkat pada usia remaja. Pertumbuhan berat badan ini lebih sulit diprediksi daripada tinggi badan, dan lebih mudah dipengaruhi oleh diet, latihan fisik, dan pola hidup. Pada usia remaja, tubuh remaja putri lebih berlemak daripada remaja putra. Selama masa pubertas, lemak tubuh remaja putra menurun dari sekitar 18 – 19 % menjadi 11 % dari bobot tubuh. 149 Sementara pada remaja putri, justru meningkat dari sekitar 21 % menjadi sekitar 26 – 27 % Sinclair, dalam Thahir, 2018, hlm. 148. Saat ini, remaja mengalami perubahan fisik tinggi dan berat badan lebih awal dan cepat berakhir daripada orang tuanya. Kecenderungan ini disebut trend secular. Sebagai contoh, seratus tahun yang lalu, remaja USA dan Eropa Barat mulai menstruasi sekitar usia 15 – 17 tahun, sekarang sekitar 12 – 14 tahun. Di tahun 1880, laki-laki mencapai tinggi badan sepenuhnya pada usia 23 – 24 tahun dan perempuan pada usia 19 – 20 tahun, sekarang laki-laki mencapai tinggi maksimum pada usia 18 – 20 dan perempuan pada usia 13 – 14 tahun. Trend secular terjadi sebagai akibat dari meningkatnya faktor kesehatan dan gizi, serta kondisi hidup yang lebih baik. Sebagai contoh, meningkatnya tingkat kecukupan gizi dan perawatan kesehatan, serta menurunnya angka kesakitan morbiditas di usia bayi dan kanak-kanak. Pubertas Salah satu ciri utama dari pertumbuhan fisik utama dari remaja adalah pubertas. Pubertas adalah periode pada masa remaja awal yang dicirikan dengan perkembangan kematangan fisik dan seksual sepenuhnya Seifert & Hoffnung, 1987 dalam Thahir, 2018, hlm. 149. Pubertas ditandai dengan terjadinya perubahan pada ciri-ciri seks primer dan sekunder. Ciri-ciri seks primer memungkinkan terjadinya reproduksi. Pada wanita, ciri-ciri ini meliputi perubahan pada vagina, uterus, tuba falopi, dan ovaries. Perubahan ini ditandai dengan munculnya menstruasi pertama menarche. Pada pria, ciri-ciri ini meliputi perubahan pada penis, scrotum, testis, prostate gland, dan seminal vesicles. Perubahan ini menyebabkan produksi sperma yang cukup sehingga mampu untuk bereproduksi, dan perubahan ini ditandai dengan keluarnya sperma untuk pertama kali wet dream. Ciri-ciri seks sekunder meliputi perubahan pada buah dada, pertumbuhan pubic, bulu-bulu pada bagian tertentu tubuh, tekstur kulit, perkembangan muskular, dan pertumbuhan pada pinggul sehingga menjadi wanita dewasa secara proporsional, serta makin dalamnya suara. Perubahan ini erat kaitannya dengan perubahan hormonal. Kelenjar seks wanita ovaries dan pria testis mengandung sedikit hormon. Hormon ini berperan penting dalam pematangan seksual. Kelenjar pituitary yang berada di dalam otak merangsang testis dan ovaries untuk memproduksi hormon yang dibutuhkan. Proses ini diatur oleh hypothalamus yang berada di atas batang otak. Hampir semua remaja memperhatikan perubahan pada tubuh serta penampilannya. Perubahan fisik dan perhatian remaja berpengaruh pada citra jasmani body image dan kepercayaan dirinya self-esteem. Ada tiga jenis bangun tubuh yang menggambarkan tentang citra jasmani, yaitu endomorfik, mesomorfik dan ektomorfik. Endomorfik banyak lemak sedikit otot padded. Ektomorfik sedikit lemak sedikit otot slender. Mesomorfik sedikit lemak banyak otot muscular. Perkembangan Kognitif Remaja Secara kognitif, individu pada masa remaja mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa. Merujuk kepada Piaget, remaja memasuki level tertinggi perkembangan kognitif pada tahap Operasi Formal ketika mereka mengembangkan kemampuan berpikir abstrak. Perkembangan ini, yang biasa terjadi pada usia 11 tahun, memberikan cara baru yang lebih fleksibel kepada mereka untuk mengolah informasi. Tidak terbatas oleh di sini dan sekarang lagi, individu pada periode remaja sudah dapat mengetahui waktu historis sejarah masa lampau dan ruang luar angkasa yang tidak dapat dialami sendiri. Mereka dapat berpikir dalam kerangka apa yang mungkin terjadi, bukan hanya apa yang terjadi. Mereka dapat menyusun dan menguji hipotesa. Pikiran tahap ini memiliki fleksibilitas yang tidak dimiliki di tahap operasional konkret. Kemampuan berpikir abstrak juga memiliki implikasi emosional. Sebelumnya, seorang anak dapat mencintai orang tua dan membenci teman sekelas. Sekarang, si remaja “dapat mencintai kebebasan dan membenci eksploitasi, kemungkinan dan cita-cita yang menarik bagi pikiran dan perasaan” H. Ginsburg & Opper, 1979. hlm. 201 dalam Thahir, 2018, hlm. 151. Personal Fable Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanakkanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme. Elkind dalam BeythMarom et al., 1993; dalam Papalia & Olds, 2001 dalam Thahir, 2018, hlm. 151 mengungkapkan bahwa salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme yang dikenal dengan istilah personal fable. Personal fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh hukum alam. Kepercayaan egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri self-destructive oleh remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara magis terlindung dari bahaya. Menurut Elkind pemikiran yang belum matang pada diri remaja dapat dimanifestasikan ke dalam 6 karakteristik, yaitu Idealisme dan Kekritisan, Argumentivitas, Ragu-ragu, Sikap Hipokritis, Kesadaran diri, Kekhususan dan Ketangguhan. Perkembangan Bahasa, saat usia 16 sampai 18 tahun, umumnya remaja mengenal sekitar kata. Pada masa ini, mereka semakin sadar akan kata-kata sebagai sebuah simbol dengan berbagai macam makna; mereka lebih suka menggunakan ironi, humor, permainan kata, dan metafora Owens, 1996 dalam Thahir, 2018, hlm. 151. Perkembangan Psikososial Remaja Menurut Erikson 1968, tugas utama masa remaja adalah memecahkan krisis identitas vs kebingungan identitas identity vs identity confution, untuk dapat menjadi orang dewasa unik dengan pemahaman diri yang utuh dan memahami peran nilai dalam masyarakat. “Krisis Identitas” ini jarang teratasi pada masa remaja; Identitas melawan kebingungan identitas merupakan tahap pertama perkembangan psikososial, di mana remaja berusaha mengembangkan perasaan akan eksistensi diri yang koheren, termasuk perannya dalam masyarakat. Merujuk kepada Erikson, remaja tidak membentuk identitas mereka dengan meniru orang lain, melainkan dengan memodifikasi dan menyintesis identifikasi lebih awal ke dalam “struktur psikologi baru yang lebih besar” Kroger, 1993, hlm. 3. Identitas terbentuk ketika remaja berhasil memecahkan tiga masalah utama; pilihan pekerjaan, adopsi nilai yang diyakini dan dijalani, dan perkembangan identitas seksual yang memuaskan. Pencapaian Identitas Marcia dalam Thahir, 2018, hlm. 154 menemukan empat tipe status identitas identity achievement pencapaian identitas, foreclosure penutupan, moratorium penundaan, dan identity idufusion difusi identitas. Perbedaan keempat kategori ini terdapat pada ada atau tidaknya krisis dan komitmen. Marcia mendefinisikan krisis sebagai periode pembuatan keputusan yang disadari, dan komitmen sebagai investasi persoalan dalam pekerjaan atau sistem keyakinan ideologi. Berdasarkan riset Marcia, terdapat empat kategori status identitas, yaitu Identity Achievement krisis yang mengarah kepada komitmen. Menurut Marcia pencapaian identitas ditandai dengan komitmen untuk memilih menjadikannya sebuah krisis, periode yang dihabiskan untuk mencari alternatif. Foreclosure komitmen tanpa krisis, di mana seseorang tidak menghabiskan banyak waktu mempertimbangkan berbagai alternatif tidak berada dalam krisis dan melaksanakan rencana yang disiapkan orang lain untuk dirinya. Moratorium krisis tanpa komitmen, di mana seseorang sedang mempertimbangkan berbagai alternatif dalam krisis dan tampaknya mengarah kepada komitmen. Identity Diffusion tidak ada komitmen, tidak ada krisis, ditandai dengan ketiadaan komitmen dan kurangnya pertimbangan serius terhadap berbagai alternatif yang tersedia. Perkembangan Emosi Remaja Akibat langsung dari perubahan fisik dan hormonal adalah perubahan dalam aspek emosionalitas pada remaja sebagai akibat dari perubahan fisik dan hormonal, dan juga pengaruh lingkungan yang terkait dengan perubahan badaniah tersebut. Hormonal menyebabkan perubahan seksual dan menimbulkan dorongan-dorongan dan perasaan-perasaan baru. Keseimbangan hormonal yang baru menyebabkan individu merasakan hal-hal yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Keterbatasannya untuk secara kognitif mengolah perubahan-perubahan baru tersebut bisa membawa perubahan besar dalam fluktuasi emosinya Ajhuri, 2019, hlm. 126. Dikombinasikan dengan pengaruh-pengaruh sosial yang juga senantiasa berubah, seperti tekanan dari teman sebaya, media massa, dan minat pada seks lain, remaja menjadi lebih terorientasi secara seksual. Ini semua menuntut kemampuan pengendalian dan pengaturan baru atas perilakunya. Referensi Ajhuri, 2019. Psikologi perkembangan pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Yogyakarta Penebar Media Pustaka. Masykuroh, K., Dewi, C., Heriyani, E., Widiastuti, 2021. Modul psikologi perkembangan. Jakarta Uhamka. Thahir, A. 2018. Psikologi perkembangan. Lampung Aura Publishing.

orang yang memasuki masa remaja mulai berpikir untuk