allah ambil sesuatu dari kita
Mazmur68:29 Kerahkanlah kekuatan-Mu, ya Allah, tunjukkanlah kekuatan-Mu, ya Allah, Engkau yang telah bertindak bagi kami. Sebagai anak Tuhan, tentu kita rindu agar hidup kita dipakai untuk memuliakan nama-Nya. Namun, ketika Tuhan memanggil kita, seringkalinya kita memberikan jawaban yang berlawanan dengan Nabi Yesaya.
Inibermakna, mungkin kita hidup di jalan Allah (AJ) dan di langkah yang terakhir syaitan bermuslihat dan menipu serta membuat hamba itu terpesong menuju jalan yang berbeza. Ambil bayah bermakna saya mengambil sesuatu daripada sini dan saya akan kemari dan saya akan mengambil sesuatu dari kamu. Dan kamu adalah salah. Mereka mengajar kita
DuaHal yang Allah Ambil Dari Tangan Kita Semua! 11/03/2022 2022-03-11 22:49. Dua Hal yang Allah Ambil Dari Tangan Kita Semua! Ada dua hal, yang Allah ambil dan lepas dari tangan semua manusia, siapapun, muslim non muslim, mukmin dan kafir, tanpa kecuali. Apa? Masa lalu dan masa depan. Luka-luka, nggak menghasilkan sesuatu yang begitu
Akantetapi, "bless it" ("memberkatinya") mengimplikasikan pengertian yang jauh berbeda dari "bless God" ("memuji Allah"). Tambahan kata sekecil itu telah memelintir cara doa makan kita menjadi sesuatu yang tidak dimaksudkan oleh Yesus. Meminta berkat kepada Allah bukanlah sesuatu yang salah, tidak sama sekali.
Tulisanarab Innaalillaahi wa innaa ilaihi raajiuun. Padahal seharusnya ia hanya memerlukan satu kunci untuk bisa bahagia. Kunci tersebut ialah dekatnya hati dengan Allah Ta’ala. Dengan berdzikir maka hati kita akan menjadi tenang, sebagaimana yang dijelaskan di dalam Al-Quran Surat Ar-Ra’ad ayat 28.
Tout Les Site De Rencontre 100 Gratuit. ShalatUntuk bisa meningkatkan iman dan taqwa salah satu caranya adalah dengan memperbaiki shalat. Shalat saja tidak cukup, melainkan membutuhkan shalat khusuk dan berkualitas. Itulah shalat yang mencerminkan keimanan dan mengenai shalat juga disampaikan dalam ayat sebagai berikut, “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab Al Quran dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan- perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah shalat adalah lebih besar keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” QS Al Ankabut 45. Al-QuranDarimana kita bisa meyakini dan memiliki ketaqwaan kepada Allah? Tentu saja sumbernya adalah Al-Quran yang memberikan kita petunjuk. Untuk itu dalam meningkat iman dan taqwa membaca sumbernya adalah jalan yang tepat. Dengan membaca Al-Quran bukan berarti membaca teksnya, melainkan mentadaburi isinya, dan menjadikannya Fungsi Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari serta Fungsi Al-quran Bagi Umat ini sebagaimana Allah sampaikan dalam Surat Yunus ayat 37, “Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi Al Quran itu membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, diturunkan dari Tuhan semesta alam.”.Untuk itu, tadabur Al-Quran adalah sesuatu yang wajib dilakukan dan ketika sudah mempelajarinya maka akan muncul keyakinan dan tidak ada keraguan dengan Orang ShalehSalah satu Cara Meningkatkan Iman dan Taqwa yaitu bercengkrama dengan orang saleh. Orang shaleh memupuk iman, sedangkan bersamanya maka kita akan termotivasi dan semangat menjalankan segala perintah-perintah Allah. Manusia makhluk sosial, membutuhkan teman dan pendampingan agar hidupnya berwarna dan terdapat dorongan yang berasal dari orang-orang yang shaleh. Bentuklah interaksi bersamanya dan biarkan kita bersosialisasi dan saling mengingatkan kebaikan dengan mereka untuk membantu kita tetap dalam keimanan kepada Allah Buku-Buku IslamSalah satu sumber keimanan adalah ilmu yang kita miliki. Adanya kebermanfaatan ilmu membuat iman dan taqwa kita semakin bertambah. Salah satunya dengan membaca buku-buku islam yang diwariskan ulama atau orang berilmu secara benar lainnya. Ilmu Tasawuf Modern, Ilmu Tauhid Islam, dan Ilmu Kalam dalam Islam bisa juga dipelajari karena sebagai bagian dari ilmu yang membentuk pondasi Ilmu Pengetahuan“Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab wahyu yang bercahaya” QS Al Hajj 8Ilmu di dunia ini segalanya milik Allah. Yang benar adalah milik Allah, hanya manusia saja kadang tidak menangkapnya secara seksama dalam kehidupan sehari-hari. Membaca ilmu pengetahuan dan mempelajarinya akan membuat kita semakin tunduk dan takjub, karena ilmu manusia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan yang Allah manusia hanya setetes dari luasnya samudera. Hal ini karena Islam dan Ilmu Pengetahuan tentu saling mendukung bukan Alam SemestaAlam semesta jagad raya ini adalah milik Allah SWT. Untuk itu, mentadaburi alam semesta juga salah satu Cara Meningkatkan Iman dan Taqwa. Aktivitas ini membuat kita semakin yakin dan takjub akan segala ciptaan Allah SWT. Dengan mempelajari kebesaran Allah dan segala isinya, maka keyakinan dan ketaqwaan kita kepada Allah juga akan semakin ini juga disampaikan Allah dalam QS Fushilat ayat 37, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah.” dengan Kepercayaan LainSalah satu metode yang bisa digunakan untuk menambah keimanan dan ketaqwaan kita adalah dengan cara membandingkan ajaran islam dengan ajaran lain tentu dengan metode dan ilmu yang benar. Dengan begitu kita akan mendapatkan bahwa islam yang Allah turunkan adalah bentuk yang paling baik dan sempurna dibandingkan dengan ajaran lainnya. Dengan perbandingan maka akan terlihat yang unggul, maka kita akan bisa menmabah keyakinan kita dan kebanggan kita dalam Perintah Allah Secara KonsistenMenjalankan perintah Allah tentu akan memiliki dampak. Untuk itu, merasakan manfaat dan kebermaknaan dari perintah Allah hanya akan didapatkan ketika kita benar-benar menjalankannya. Misalnya saja, ibadah puasa sebagai bentuk pelatihan diri. Kita tidak akan bisa merasakan manfaat puasa terhadap kesehatan jika tidak melaksanakan amalan ibadah puasa itu tinggi dan sering kita melaksanakan perintah Allah maka akan semakin tinggi pula kita merasakan kebermaknaan akan nilai-nilai islam dan kebermanfaatannya bagi diri Informasi Manfaat atau Dampak dari Perintah AllahCara Meningkatkan Iman dan Taqwa juga dapat di dapat saat kita mau mencari informasi. Semakin kita mengetahui apa manfaat atau dampak yang bisa kita ambil dari sebuah perintah, maka kita akan semakin bersyukur dan merasakan bahagia karena apa yang diperintahkann untuk dijalankan oleh Allah SWT adalah sesuatu yang menyelematkan dan membahagiakan. Untuk itu, kita harus dapat mencari dan menggali informasi mengenai sebuah perintah agar keimanan dan ketaqwaan semakin Evaluasi DiriSebelum melakukan peningkatan biasanya maka diperlukan evaluasi terlebih dahulu. Untuk bisa terus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan tentu manusia juga harus melaksanakan evaluasi diri. Evaluasi ini adalah untuk mengukur sejauh apa kita telah beriman dan melaksanakan perintah Allah. Evaluasi harus dijalankan oleh diri sendiri bukan oleh orang lain. Untuk itu, yang mengukurnya adalah diri kita sendiri, karena diri lah yang lebih tau bagaimana keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Lingkungan yang BurukJika kita merasa belum bisa untuk beradabtasi dan menghindari segala kemaksiatan, maka pilihan kita bisa menjauhi lingkungan tersebut sampai kekuatan iman dan taqwa kita meningkat. Menjaga diri lebih baik ketimbang harus tetap berada dalam lingkungan yang membuat diri kita semakin tetapi, menjauhi lingkungan yang buruk bukan berarti kita harus bersikap eksklusif sehingga tidak ada interaksi sosial dengan manusia lainnya. Allah sendiri menyuruh kita untuk bersosialisasi dan bersyiar agar tercitrakan islam yang baik di Terlena dengan Kehidupan DuniaDunia bisa menawarkan kebahagiaan ataupun kesedihan walaupun semuanya hanya sementara. Untuk itu, menjaga dan meningkat keimanan dan ketaqwaan dapat kita lakukan dengan cara menjaga diri agar tidak terlena dengan kehidupan dunia. Biasanya dengan terlena kehidupan dunia, kita juga lupa dengan Allah dan perintahnya. Untuk itu, berhati-hati baik dalam kondisi apapun agar tidak terjebak pada urusan duniawi itu bisa juga kita mempelajari bagaimana cara sukses di Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam dengan Cara Sukses Menurut Islam agar tidak salah menempatkan dunia dalam Majelis IlmuMenghadiri majelis ilmu adalah cara juga agar keimanan dan ketaqwaan kita bisa meningkat. Majelis ilmu tentu akan memberikan kita banyak hikmah dan juga pencerahan. Bagaimanapun, ilmu selalu kita butuhkan dan membuat diri kita semakin baik setiap saat. Hadirilah majelis ilmu, yang membahas ilmu islam, ilmu pengetahuan yang bermanfaat, agar kebesaran Allah semakin hadir dalam diri ini juga disampaikan dalam Al-Quran , “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” QS Al Mujadilah 11. Stimulus KemaksiatanMenjaga keimanan tentu sama dengan menjaga diri dari perbuatan maksiat. Jauhi kemaksiatan dan jadikan diri ini kuat terhadap stimulusnya. Jika tidak ingin dihampiri oleh kemaksiatan maka stimulusnya pun dari awal sudah harus kita Akal dan Menjauhi Hawa Nafsu“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.” QS Ar-Rum 24Ayat tersebut menunjukkan bahwa keimanan dan rasa takut kepada Allah hanya akan muncul jika kita menggunakan akal dengan benar. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita bukan hanya persoalan spiritual tapi membutuhkan daya pikir dan nalar yang baik. Untuk itu, dalam meningaktkan keimanan maka dibutuhkan terus menerus mengasah akal agar akal kita tunduk kepada yang benar bukan kepada hawa nafsu Syukur, Menjauhi MengeluhMemperbanyak syukur dan menjauhi mengeluh bisa juga meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita. Syukur berarti kita selalu mencari nikmat dan rezeki Allah di setiap saat dalam kondisi apapun. Dengan begitu kita bisa tetap yakin bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita dan senantiasa membantu kita untuk mendapatkan nikmat dan rezeki yang DzikirDengan berdzikir artinya kita sedang mengingat Allah. Dzikir tidak selalu dalam bentuk bacaan yang panjang atau dalam berbagai hitungan. Berdzikir mengingat Allah bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Mengingat segala hukum Allah, hukum pengetahuan yang ada di alam ciptaan Allah ataupun adzab atau hukuman Allah. Untuk itu, orang yang berdzikir akan mendekati kepada Allah dan semakin cinta akan syariat Hiburan yang BermanfaatSetiap manusia tentu saja membutuhkan hiburan. Hiburan tentu tidak ada salahnya selagi hiburan tersebut bermanfaat. Untuk itu, meningkatkan keimanan bisa dengan kita melakukan hiburan yang bermanfaat dan menjalankan hiburan tanpa harus meninggalkan perintah Allah Sunnah Rasul“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. Mereka mengatakan “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun dengan yang lain dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan “Kami dengar dan kami taat.” Mereka berdoa “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” QS Al Baqarah 285Dalam ayat diatas, menunjukkan bahwa mengikuti sunnah Rasul adalah cara yang bisa juga dilakukan untuk meningkatkan iman dan taqwa. Sunnah rasul atau apa yang Rasulullah lakukan sejatinya adalah jalan-jalan yang diarahkan menuju Ridho Allah SWT. Untuk itu, muslim yang mengikuti sunnah rasul tentu akan mendapatkan juga jalan dan arah yang sama sebagaimana Hidup yang Allah BerikanIman dan taqwa yang kuat serta senantiasa meningkat hanya akan didapatkan oleh orang-orang yang menikmati hidup dari Allah SWT. Mereka akan mendapatkan keimanan dan ketaqwaan karena merasakan hidup yang penuh syukur, nikmat, pertolongan Allah, dan rezeki. Mereka yang merasakan ini tentu akan mendapatkan kenikmatan hidup dunia dan ini juga disampaikan dalam ayat berikut, “Dan Kami telah memberikan kepada mereka di antara tanda-tanda kekuasaan Kami sesuatu yang di dalamnya terdapat nikmat yang nyata” QS Adh Dhukan 33.Sumber
Ikhlas merupakan salah satu akhlakul mahmudah yang harus dimiliki oleh semua orang. Secara sederhana, ikhlas adalah lawan dari riya yaitu kita melakukan segala pekerjaan ataupun ibadah hanya semata-mata karena ingin mendapatkan ridho Allah SWT. Sementara rya yaitu melakukan suatu amal perbuatan dan ibadah karena ingin mencari penghargaan dan juga pengakuan dari manusia. Nah, pada artikel kali ini, kita akan membahas mengenai pengertian ikhlas secara bahasa dan ciri-ciri serta bagaimana agar kita memiliki hati yang ikhlas dalam menjalani semua hal yang ada di hidup kita. Untuk lebih lengkapnya, di bawah ini penulis akan menjelaskan definisi ikhlas secara lebih rinci. Pengertian IkhlasPengertian Ikhlas Menurut Para Ahli1. Pengertian Ikhlas Menurut Muhammad Abduh2. Pengertian Ikhlas Menurut Muhammad al-Ghazali3. Pengertian Ikhlas Menurut Imam Al-Qusyairi4. Pengertian Ikhlas Menurut Hamka5. Pengertian Ikhlas Menurut Syekh Ibnu Atha’illah6. Pengertian Ikhlas Menurut Ali MahmudCiri-Ciri Ikhlas1. Tidak Suka Dipuji2. Tidak Berambisi Menjadi Pemimpin3. Mendengarkan Nasehat4. Menganggap Sama Pujian Dan Hinaan5. Melupakan Amal Baik6. Melupakan Hak Amal BaiknyaTingkatan Ikhlas1. Ikhlas Awam2. Ikhlas Khawas3. Ikhlas Khawas al-KhawasUnsur-Unsur Ikhlas1. Niat2. Mengikhlaskan Niat3. Dapat DipercayaContoh IkhlasMacam-Macam Fungsi IkhlasTips Supaya Ikhlas Dalam BeramalDoa Supaya Selalu IkhlasRekomendasi Buku & Artikel TerkaitKategori Ilmu Berkaitan Agama IslamMateri Agama Islam Ikhlas adalah ruh dari suatu amal perbuatan. Apabila amal perbuatan yang kita lakukan tidak disertai dengan rasa ikhlas, maka hal itu bagaikan jasad sebuah tubuh yang tidak memiliki ruh. Seperti halnya hikmah yang disampaikan oleh Ibnu Athaillah As-Sakandari. الأعمال صور قائمة وأرواحها وجود سر الإخلاص فيها Tak hanya itu saja, akhlakul karimah yang berupa ikhlas adalah buah dari Ihsan yaitu suatu keyakinan seseorang bahwa yang kita lakukan diketahui dan dilihat oleh Allah SWT. Jika diartikan secara bahasa, makna Ikhlas memiliki arti membersihkan jernih, bersih, suci dari pencemaran, suci dari campuran, baik itu berupa materi ataupun tidak. Selain itu, ikhlas juga bisa diartikan secara istilah, dimana artinya adalah membersihkan hati agar menuju kepada Allah SWT saja. Dengan kata lain, dalam melakukan ibadah, hati kita tidak boleh menuju kepada selain Allah SWT. Kemudian pengertian ikhlas menurut Ali Al Dagog yaitu menutupi segala sesuatu dari pandangan makhluk lain. Biasanya, orang yang memiliki hati yang ikhlas disebut sebagai seorang Mukhlis yaitu seseorang yang ikhlas dan tidak mempunyai sifat riya. Sementara menurut Fudhail Bin Iyadh, ikhlas adalah beramal hanya semata-mata karena Allah SWT. Apabila seseorang beramal karena untuk menarik perhatian manusia, maka orang tersebut termasuk orang yang riya. Sedangkan orang yang beramal karena manusia disebut syirik. Sementara posisi ikhlas berada di antara riya dan syirik. Lalu, ikhlas menurut Imam Nawawi yaitu ﺍﻹِﺧْﻼَﺹُ ﺑِﺄَﻥْ ﻃَﻬُﺮَﺕْ ﺣَﻮَﺍﺳُﻪُ ﺍﻟﻈَّﺎﻫِﺮَﺓُ ﻭَ ﺍﻟْﺒَﺎﻃِﻨَﺔُ ﻣِﻦَ ﺍﻷَﺧْﻼَﻕِ ﺍﻟﺬَّﻣِﻴْﻤَﺔِ Ikhlas adalah membersihkan seluruh panca indranya secara lahir dan batin dari budi pekerti yang tercela. Beramal adalah salah satu pembuktian makhluk kepada Allah SWT, bahwa mereka adalah seorang hamba yang patuh kepada Sang Pencipta yang sudah memberikan amanat dan rahmat yang luar biasa. Dimana amal yang dilakukan ditujukan sebagai suatu pembuktian ketaatan mereka kepada Allah SWT. Sehingga harus dilakukan dengan hati yang bersih dan murni. Jadi apa yang kita amalkan dan apa yang kita lakukan benar-benar hanya karena Allah SWT dan bebas dari kemunafikan yaitu riya atau syirik. Hal tersebut sejalan dengan salah satu ayat yang ada di dalam Al Qur’an di QS. Al Mulk ayat 2 اَلَّذِى خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَوةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَّهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُ Artinya “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. Pengertian Ikhlas Menurut Para Ahli Berikut ini adalah beberapa pengertian ikhlas menurut para ulama sesuai dengan versinya masing-masing. 1. Pengertian Ikhlas Menurut Muhammad Abduh Menurut Muhammad Abduh, pengertian ikhlas adalah ikhlas beragama semata-mata hanya untuk Allah SWT. Dengan selalu berharap kepadaNya dan tidak pernah mengakui kesamaanNya dengan makhluk apa saja dan bukan dengan tujuan tertentu. Seperti halnya menghindarkan diri dari malapetaka atau untuk memperoleh keuntungan dan tidak mengangkat selain dari Allah SWT sebagai Sang Pelindung. 2. Pengertian Ikhlas Menurut Muhammad al-Ghazali Pengertian ikhlas menurut Al-Ghazali yaitu melakukan amal kebaikan dengan tujuan semata-mata karena Allah SWT. 3. Pengertian Ikhlas Menurut Imam Al-Qusyairi Pengertian ikhlas menurut Imam Al-Qusyairi di dalam kitabnya yang berjudul Risalatul Qusyairiyah 1990 183 yaitu ikhlas adalah bermaksud menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya sesembahan. 4. Pengertian Ikhlas Menurut Hamka Pengertian ikhlas menurut Hamka 1983 95 yaitu ikhlas memiliki makna bersih dan tidak ada campuran. Ibarat emas, ikhlas adalah emas yang tulen, tidak ada campuran perak sedikit pun. Pekerjaan yang bersih pada sesuatu itu berarti ikhlas. 5. Pengertian Ikhlas Menurut Syekh Ibnu Atha’illah Pengertian ikhlas menurut Syekh ibnu Atha’illah 2012 14 mengungkapkan bahwa arti dari kata ikhlas yaitu melakukan amal ibadah semata-mata ditujukan kepada Allah SWT sebagai satu-satunya zat yang mempunyai hamba. Di dalam hal itu dikenal dengan adanya berbagai tingkatan, yang mana sesuai dengan taufiq yang diberikan oleh Allah Ta’ala pada seorang hamba. 6. Pengertian Ikhlas Menurut Ali Mahmud Pengertian ikhlas menurut Ali Mahmud 1994 25 adalah meninggalkan amal karena manusia adalah makhluk yang riya, beramal karena manusia adalah perbuatan syirik, tapi jika Allah SWT menyelamatkanmu dari keduanya itu artinya ikhlas. Ciri-Ciri Ikhlas Ikhlas merupakan kebalikan dari sifat riya. Seperti pembahasan yang sudah dijelaskan di atas. Riya mempunyai sifat yang berkebalikan dengan ikhlas seperti halnya ambisi untuk menjadi seorang pemimpin, selalu ingin tampil dengan sempurna, senang dipuji, tidak suka menerima nasehat dari orang lain, dan lain sebagainya. Ikhlas merupakan pekerjaan hati, dengan begitu tidak mudah untuk memahami sifat seseorang. Apakah dia ikhlas, riya, sombong ataupun memang berniat baik dan ikhlas. Dengan begitu, di dalam pembahasan kali ini, penulis akan memberikan ciri-ciri orang yang memiliki sifat ikhlas namun bukan untuk menilai seseorang tersebut salah atau tidak. Tulisan di bawah ini bertujuan untuk dijadikan sebagai muhasabah diri saja. Berikut ini adalah ciri-ciri ikhlas 1. Tidak Suka Dipuji Pujian adalah salah satu ujian untuk orang-orang yang melakukan amal perbuatan baik dengan pujian seseorang dapat terkena penyakit ujub atau sombong. Oleh karena itu, seseorang mukhlis tidak akan pernah suka dengan pujian yang berasal dari seseorang. 2. Tidak Berambisi Menjadi Pemimpin Salah satu kelebihan dari seorang pemimpin yaitu dihormati dan disegani oleh banyak orang. Dengan kepemimpinan, seseorang akan lebih mudah menjadi sombong dan congkak. Namun, berbeda dengan orang yang mempunyai sifat ini, mereka akan tenang dan diam serta tidak akan mencalonkan dirinya sendiri untuk menjadi seorang pemimpin. Misalnya saja dengan mencalonkan diri menjadi ketua RT, RW, atau yang lainnya. 3. Mendengarkan Nasehat Di dalam sebuah pepatah Arab mengungkapkan خذ الحكمة ولو من جوف البهائم Ambilah hikmah pelajaran meski dari mulut binatang. Orang yang mukhlis akan senantiasa menghargai orang-orang yang menasehatinya. 4. Menganggap Sama Pujian Dan Hinaan Kewajiban seorang muslim yaitu melakukan perintah Allah SWT dengan baik sebagai salah satu tanda penghambaan kepada Sang Pencipta. Seringkali, apa yang orang lakukan memperoleh pujian dan juga hinaan dari orang-orang sekitar. Sementara untuk seorang mukhlis, pujian dan juga hinaan adalah hal yang sama. Mereka tidak akan memikirkan hal itu, karena yang mereka tahu hanyalah niat dari orang-orang sekitar. 5. Melupakan Amal Baik Salah satu ciri ikhlas selanjutnya adalah dengan melupakan amal baik yang sudah dilakukan. Saat seseorang melakukan amal kebaikan seperti halnya menolong orang lain, biasanya seorang mukhlis akan lupa dan tidak akan pernah mengingatnya lagi. Dengan begitu, orang yang ikhlas tidak dengan mudah berbicara atau mengungkit kebaikan yang telah dilakukan sebelumnya. 6. Melupakan Hak Amal Baiknya Seseorang yang melakukan amal ibadah dengan ikhlas akan melupakan amal yang telah mereka perbuat. Tak hanya itu saja, mereka juga akan melupakan hak amal baiknya. Saat seseorang melakukan amal baik, biasanya mereka akan menuntut haknya. Contohnya saja, setelah seseorang memberikan makanan kepada anak yatim, kemudian mereka mengharap ucapan terima kasih dan juga doa dari anak-anak tersebut. Sikap seperti itulah yang tidak dapat digolongkan ke dalam sikap ikhlas. Sebab, masih menuntut hak dari perbuatan baiknya. Tingkatan Ikhlas Para ulama tasawuf membedakan akhlak tersebut ke dalam tiga tingkatan, diantaranya 1. Ikhlas Awam Di dalam ibadahnya kepada Allah SWT, mereka melandasinya dengan perasaan takut pada siksa Allah dan masih mengharapkan pahala dunia. Seperti halnya orang yang melakukan sholat dhuha agar mereka memperoleh pahala dan juga dimudahkan rezekinya. Kemudian orang-orang yang melakukan sholat tahajud karena ingin dilancarkan urusan dunianya. 2. Ikhlas Khawas Akhlak yang satu ini memiliki motivasi untuk memperoleh pahala dari Allah SWT. Dengan begitu, orang yang melakukan amal ibadah akan memperoleh sesuatu dari Allah di akhirat nanti seperti terhindar dari siksa neraka dan masuk ke dalam surganya Allah SWT. 3. Ikhlas Khawas al-Khawas Ikhlas yang satu ini adalah suatu bentuk pengabdian dari seorang hamba kepada Allah SWT disertai dengan kesadaran penuh bahwasannya seorang hamba sudah seharusnya mengabdi kepada Allah SWT dengan cara melakukan perbuatan dan amal ibadah yang dilakukan karena mencari ridho Allah dengan sebenar-benarnya. Amal ibadah yang dilakukan oleh orang mukhlis semata-mata hanya untuk mencari ridho Allah SWT tanpa adanya hasrat untuk mencari perhatian ataupun ketenaran di hadapan makhluk lain, entah itu berupa pujian ataupun sejenisnya. Imam Al-Ghazali mengatakan هَلَكَ النَّاسُ كُلُّهُمْ إِلاَّ الْعُلَمَاءْ , وَهَلَكَ الْعُلَمَاء كُلُّهُمْ إِلاَّ الْعَامِلِيْنَ , وَهَلَكَ الْعَامِلُوْنَ كُلُّهُمْ إِلاَّ الْمُخْلِصِيْنَ , وَالْمُخْلِصُوْنَ عَلىَ خَطْرٍ عَظِيْمٍ Artinya ”Setiap manusia akan binasa kecuali orang yang berilmu, dan orang yang berilmu akan binasa kecuali yang beramal dengan ilmunya, dan orang yang beramal juga binasa kecuali mukhlis dalam amalnya. Akan tetapi, orang yang ikhlas juga tetap harus waspada dan berhati-hati dalam beramal. Unsur-Unsur Ikhlas Adapun unsur-unsur ikhlas antara lain 1. Niat Di dalam Al Quran, Allah SWT telah berfirman “Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di saat dan petang hari, sedangkan mereka menghendaki keridhaan-Nya QS 6 52. Oleh karena itu, niat kita akan menghendaki keridhaan-Nya. 2. Mengikhlaskan Niat Nabi Muhammad SAW pernah bersabda kepada Muadz, “Ikhlaskanlah amal, maka sedikit darinya mencukupimu”. 3. Dapat Dipercaya Kesempurnaan dari sebuah keikhlasan adalah bisa dipercaya. Dalam hal itu, Allah SWT telah berfirman di dalam QS 3323 yang berbunyi “Orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah” QS 33 23 al Ghozali, 2006 215. Pahamilah bahwasannya segala sesuatu tergambar dan dicampuri oleh yang lainnya. Maka saat Ia suci dari campuran dan bersih dari apapun, niscaya Ia bisa dinamakan sebagai yang bersih atau khalis. Sementara sesuatu yang dinamakan dengan perbuatan suci dan bersih adalah ikhlas. Contoh Ikhlas Terdapat beberapa contoh yang dapat kita ambil hikmah serta pelajarannya. Yang pertama adalah saat seseorang sedang bekerja lalu mendengarkan adzan dhuhur, setelah itu Ia langsung bergegas pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat dhuhur. Namun hati dan juga pikirannya dilatarbelakangi karena Ia hanya ingin menghindari pekerjaannya itu. Maka orang tersebut tidak dapat kita golongkan ke dalam orang-orang yang ikhlas. Sebab, alasan yang Ia miliki adalah salah satu alasan yang salah, karena Ia melakukan sholat dhuhur untuk menghindari pekerjaan bukan karena Allah SWT. Lalu untuk contoh yang kedua adalah saat seseorang melakukan amal dengan cara sodaqoh ataupun infaq yang bertujuan untuk mencari perhatian orang lain. Maka amal perbuatan tersebut tidak dapat dikatakan sikap ikhlas. Macam-Macam Fungsi Ikhlas Berikut ini adalah beberapa macam fungsi ikhlas yang perlu kamu pahami dan dapatkan, antara lain a. Sebagai sumber rezeki pahala yang sangat besar dan bisa meraih kebaikan dari kebaikan seseorang yang melakukannya. b. Ikhlas bisa menyelamatkan pelakunya dari sebuah azab yang keji di hari kiamat nanti. c. Allah SWT akan memberikan hidayah ataupun petunjuk, sehingga kita tidak akan tersesat dalam mencari jalan yang benar. d. Jalan keselamatan menuju akhirat hanya bisa kita dapatkan dengan ikhlas. e. Amal ibadah kita akan diterima oleh Allah SWT. f. Akan memperoleh naungan dari Allah SWT di hari akhir nanti. g. Kehidupan kalbu dan kebebasan dari segala macam kesedihan di dunia ini tidak bida kita realisasikan kecuali dengan keikhlasan. h. Membuat hidup kita menjadi lebih tenang dan tentram. i. Memperoleh perlindungan dari Allah SWT. Tips Supaya Ikhlas Dalam Beramal Ada beberapa tips yang bisa kita terapkan untuk menghindari sikap riya ataupun ujub. Sehingga amal perbuatan yang kita lakukan menjadi lebih ikhlas murni karena Allah SWT. Cara tersebut yaitu dengan menata hati dan juga pikiran kita bahwasannya ibadah yang kita lakukan adalah salah satu karunia dari Allah SWT. Jadi, dengan pikiran kita yang seperti itu, maka kita tidak akan menyombongkan diri. Bahwa apa yang kita lakukan adalah murni dari diri kita sendiri dan rahmat dari Allah SWT yang telah diberikan kepada kita. Sehingga kita dapat melakukan ibadah kepada Allah SWT. Jika berbicara mengenai ikhlas dalam amal perbuatan, terdapat cara yang bisa kita lakukan agar amal yang kita lakukan diterima oleh Allah SWT. Salah satunya yaitu dengan menganggap bahwa semua yang ada di dunia ini termasuk juga harta yang kita miliki hanyalah Fadilah dan karunia dari Allah SWT yang dititipkan kepada kita. Sehingga saat kita memberikan sebagian rezeki kita kepada orang-orang yang membutuhkan, anggap saja itu hanyalah titipan Allah SWT yang ditujukan untuk orang yang kita bantu. Dengan begitu, kita akan terhindar dari sikap riya yang menganggap bahwa sedekah kepada orang yang membutuhkan adalah sesuatu yang membanggakan dan patut diketahui banyak orang. Doa Supaya Selalu Ikhlas اللهم ارزقنا الإخلاص والإستقامة وحب الله وحب من أحب Allahummarzuqnal-ikhlas wal Istiqomah wa hubbAllah wa hubba man ahabbah. Artinya Ya allah, berikan kami rizki berupa ikhlas, istiqomah, cinta kepadamu dan cinta kepada orang-orang yang mencintaimu. Setelah kita mengetahui tentang pengertian ikhlas beserta dengan ciri-cirinya, semoga kita bisa mengamalkan dan selalu dalam limpahan rahmatnya. Rekomendasi Buku & Artikel Terkait ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien
Hadits Arbain ke 17 – Hadits Berbuat Baik Kepada Segala Sesuatu merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Anas Burhanuddin, dalam pembahasan Al-Arba’in An-Nawawiyah الأربعون النووية atau kitab Hadits Arbain Nawawi Karya Imam Nawawi Rahimahullahu Ta’ala. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 3 Syawwal 1441 H / 26 Mei 2020 M. Status Program Kajian Kitab Hadits Arbain Nawawi Status program kajian Hadits Arbain Nawawi AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Selasa sore pekan ke-2 dan pekan ke-4, pukul 1630 - 1800 WIB. Download juga kajian sebelumnya Hadits Arbain ke 16 – Hadits Larangan Marah Ceramah Agama Islam Tentang Hadits Arbain ke 17 – Hadits Berbuat Baik Kepada Segala Sesuatu Pada pertemuan yang lalu telah kita bahas bersama hadits nomor 16, yaitu hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwasanya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mewasiatkan kepada orang yang meminta wasiat kepada beliau dengan mengatakan لَا تَغْضَبْ “Jangan engkau marah.” Dan beliau mengulang-ulang redaksi ini. Ini menunjukkan bahwasanya menahan amarah adalah salah satu hal yang prinsip dalam agama kita. Kalau kita bisa wujudkan akhlak ini, maka insyaAllah kita akan meraih kebaikan yang banyak. Yaitu dengan mempelajari akhlak-akhlak Islam, akhlak-akhlak Al-Qur’an, sehingga kita terhindar dari marah. Lihat juga Pengertian Akhlak, Macam-Macam Akhlak dan Dalil Tentang Akhlak Dan jika marah terjadi, maka kewajiban kita adalah menahan diri, menahan amarah, jangan sampai marah tersebut meledak, tapi kita tahan. Diantaranya juga dengan beristi’adzah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atau merubah posisi dari berdiri menjadi duduk, dari duduk menjadi berbaring dan semacamnya. Hari ini kita akan mempelajari sebuah hadits agung yang lain, sebuah hadits pokok yang lain dalam agama kita. Yaitu hadits nomor 17 dalam kitab Arbain ini yang merupakan hadits dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus Radhiyallahu Anhu. Al-Imam An-Nawawi Rahimahullahu Ta’ala mengatakan عَنْ أَبِي يَعْلَى شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم قَالَ “إنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ، فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذِّبْحَةَ، وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ، وَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ”.[رَوَاهُ مُسْلِمٌ]. “Diriwayatkan dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus Radhiyallahu Anhu, dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwasannya beliau bersabda Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan berbuat baik dalam segala sesuatu, maka kalau kalian membunuh hendaklah kalian memperbaiki cara membunuh dan kalau kalian menyembelih hendaklah kalian memperbaiki cara menyembelih kalian. Dan hendaklah seorang diantara kalian menajamkan pisaunya dan mengistirahatkan binatang sembelihannya.'” HR Muslim Abu Ya’la Syaddad bin Aus Al-Khazraji Al-Anshari Hadits ini adalah hadits riwayat Muslim, otomatis hadits yang shahih. Yang diriwayatkan dari seorang sahabat bernama Abu Ya’la Syaddad bin Aus Al-Khazraji Al-Anshari. Kunyah beliau adalah Abu Ya’la, nama beliau adalah Syaddad, ayah beliau adalah Aus. Al-Khazraji adalah salah satu kabilah penting di kota Madinah, Al-Anshari berarti beliau berasal dari Madinah dan beliau adalah salah seorang sahabat yang mengumpulkan antara ilmu dan ibadah. Beliau dikenal sebagai seorang ulama dan faqih. Juga dikenal dengan banyak ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pernah dipilih oleh Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu pada masa pemerintahan beliau untuk menjabat sebagai bupati sebuah kota di Syam. Dan beliau wafat pada tahun 58 Hijriyah. Wajib berbuat baik dalam segala sesuatu Dalam hadits ini, beliau meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwasanya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda إنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ “Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewajibkan kita umat Islam untuk berbuat baik dalam segala sesuatu.” Kata “كَتَبَ” dalam hadits artinya adalah mewajibkan. Sebuah kewajiban syar’i, kewajiban agama. Bukan kitabah kauniyah seperti penulisan takdir. Tapi ini adalah mewajibkan suatu urusan agama. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang masyhur يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ… “Wahai orang-orang yang beriman telah wajib atas kalian untuk berpuasa yakni pada bulan Ramadhan...” QS. Al-Baqarah[2] 183 Jadi “كَتَبَ” artinya adalah mewajibkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan kita untuk berbuat baik dalam segala sesuatu, dalam segala hal; dalam ibadah kita, dalam muamalah kita dengan sesama manusia, dalam urusan pekerjaan kita, semuanya kita diwajibkan berbuat baik dalam hal-hal itu. Contoh berbuat baik Dan kemudian Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam menyebutkan beberapa contoh berbuat baik. Jadi di sini berbuat baik maksudnya adalah memperbaiki cara, itu yang dimaksudkan. Kita mengetahui bahwasanya agar amalan kita diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka kita membutuhkan atau memenuhi dua syarat; yang pertama adalah menjalankan ibadah itu dengan ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, kemudian yang kedua menjalankan ibadah tersebut sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Jadi tidak cukup niat yang baik, tapi caranya juga harus baik. Tidak cukup niat yang ikhlas, tapi ibadahnya juga harus disyariatkan dalam agama kita atau ada contohnya dari Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ini sudah kita pelajari bersama dalam hadits yang pertama, hadits Umar Radhiyallahu Anhu tentang niat. Lihat Hadits Arbain Ke 1 – Innamal A’malu Binniyat Kemudian syarat yang kedua sudah kita pelajari bersama dalam hadits Aisyah, hadits nomor 5, bahwasanya ibadah kita harus ada contohnya dari Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Lihat Hadits Arbain Ke 5 – Hadits Tentang Bid’ah Sedangkan hadits ini menjelaskan tentang tata cara. Yaitu setelah kita ikhlas dalam niat, setelah kita pastikan ibadah kita ada contohnya dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan bukan sebuah ibadah baru yang kita ciptakan sendiri, hadits ini membahas tentang “memperbaiki tata cara ibadah tersebut”. Misalnya dalam shalat, kita harus ikhlas setelah kita pastikan bahwa shalat itu adalah disyariatkan atau diperintahkan dalam agama kita. Hadits ini memerintahkan kita untuk berbuat baik dalam shalat kita. Jadi memperbaiki tata cara shalat kita setelah kita pastikan keikhlasan niat dan kita pastikan shalat ini ada contohnya dari Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam atau diperintahkan dalam Islam. Maka kita juga harus memeriksa apakah tata cara shalat kita sudah baik, sudah benar? Memperbaiki cara membunuh Jadi kita diperintahkan untuk memperbaiki tata cara ibadah kita, tata cara muamalah kita, tata cara kita bergaul dengan orang lain, ini yang dibahas oleh hadits ini. Makanya diakhir hadits Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam membuat beberapa contoh. Beliau mengatakan فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ “Maka kalau seorang diantara kalian membunuh, maka hendaklah kalian memperbaiki cara membunuh kalian.” Inilah Islam. Subhanallah.. Yang namanya membunuh, tentunya orang kalau sudah terbunuh ya sudah, dia akan mati, tidak bisa diapa-apakan lagi. Tapi meskipun begitu, agama Islam yang sempurna ini mengajarkan kita adab dalam membunuh. Yaitu membunuh orang-orang yang berhak untuk dibunuh. Seperti yang sudah kita pelajari bersama bahwa ada hal-hal yang membuat orang boleh dibunuh dalam Islam. Misalnya membunuh di medan tempur. Dan ini disepakati oleh umat manusia semuanya bahwa orang yang membunuh di medan tempur dianggap sebagai pahlawan, tidak dianggap sebagai pengecut. Dianggap sebagai pahlawan yang membela agamanya atau membela negaranya. Ada pembunuhan yang boleh dalam agama kita. Juga misalnya membunuh orang yang berhak dibunuh dalam Islam adalah membunuh orang yang keluar dari ajaran agama Islam, murtad. Ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam مَنْ بَدَّلَ دِينَهُ فَاقْتُلُوهُ “Barangsiapa yang mengganti agamanya, maka bunuhlah dia.” Atau membunuh sebagai qishash membunuh orang yang telah membunuh orang lain tanpa hak يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى… “Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu untuk melakukan qishah pada orang-orang yang terbunuh...” QS. Al-Baqarah[2] 177 Atau contoh lain adalah menegakkan hukuman dalam syariat Islam misalnya orang yang berzina dalam keadaan sudah pernah menikah, hukumannya adalah dirajam. Saat kita membunuh orang yang berhak untuk dibunuh, maka kita diperintahkan untuk melakukannya dengan cara terbaik, menggunakan cara yang paling cepat untuk bisa membuat orang tersebut beres, tidak ketakutan dahulu, tapi lakukan dengan cara terbaik, diantaranya dengan menggunakan alat yang paling cepat untuk mematikan. Islam mengajarkan kita seperti itu. Termasuk diantara adab yang diajarkan dalam pertempuran adalah larangan untuk membunuh bayi, anak-anak, ataupun wanita. dalam sebuah hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim disebutkan فَأَنْكَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَتْلَ النِّسَاءِ وَالصِّبْيَانِ “Maka Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mengingkari pembunuhan wanita dan anak-anak.” HR. Bukhari dan Muslim Mereka tidak ikut berperang, maka kita dilarang untuk membunuh mereka. Dan saat mensyarah hadits ini, Imam An-Nawawi Rahimahullahu Ta’ala mengatakan “Dan para ulama sepakat untuk mengamalkan hadits ini dan mereka juga sepakat atas haramnya membunuh wanita dan anak-anak selagi mereka tidak ikut membunuh atau bertempur.” Artinya, hukum dasarnya tidak boleh dibunuh kecuali kalau mereka mungkin masih anak-anak tapi sudah terlatih. Atau ada wanita tapi juga terlatih bahkan menjadi bagian dari pasukan musuh yang barangkali juga memiliki kemampuan lebih baik daripada sebagian tentara pria. Maka yang seperti itu baru boleh untuk dibunuh. Tapi para wanita dan anak-anak yang tidak ikut bertempur, mereka tidak boleh dibunuh dalam agama kita. Juga untuk para wali, para kerabat yang memiliki hak untuk melakukan qishash, mereka juga tidak boleh sembarangan membunuh. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman …وَمَن قُتِلَ مَظْلُومًا فَقَدْ جَعَلْنَا لِوَلِيِّهِ سُلْطَانًا فَلَا يُسْرِف فِّي الْقَتْلِ ۖ إِنَّهُ كَانَ مَنصُورًا ﴿٣٣﴾ “…Dan barangsiapa yang terbunuh secara terdzalimi, maka Kami telah menjadikan kuasa untuk walinya, maka hendaklah walinya tidak berlebihan dalam membunuh. Sesungguhnya dia ditolong oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.” QS. Al-Isra'[17] 33 Jadi tidak boleh berlebihan dalam membunuh, misalnya membunuh orang yang tidak membunuh. Dalam agama kita kalau ada orang yang membunuh orang lain dilakukan dengan sengaja tanpa ada hak, maka orang yang membunuh berhak untuk dibunuh. Membunuh dibalas dengna dibunuh. Tapi yang berhak dibunuh adalah orang yang membunuh saja, keluarganya tidak, kepala sukunya tidak. Maka jangan sampai wali yang dibunuh berlebihan dalam membalas seperti yang terjadi pada zaman jahiliyah dahulu. Kalau misalnya ada seorang kepala suku yang terbunuh, sedangkan yang membunuh adalah orang biasa dari kabilah lain, maka ketika si pembunuh ini akan dibunuh, kabilah yang kepala sukunya terbunuh mereka akan protes. Mereka mengatakan “Ini hanya rakyat jelata, yang terbunuh dari kami adalah kepala suku kami. Maka tidak adil, tidak seimbang. Kami menuntut kepala suku kalian juga dibunuh.” Ini adalah sebuah kedzaliman. Kepala sukunya tidak ikut membunuh, tapi kenapa dia yang harus dibunuh. Dalam agama Islam yang seperti ini dilarang. Simak penjelasan selanjutnya pada menit ke-1629 Download mp3 Ceramah Agama Islam Tentang Hadits Arbain ke 17 – Hadits Berbuat Baik Kepada Segala Sesuatu Podcast Play in new window DownloadSubscribe RSS Lihat juga Hadits Arbain Ke 1 – Innamal A’malu Binniyat Mari raih pahala dan kebaikan dengan membagikan tautan ceramah agama Hadits Arbain ke 17 – Hadits Berbuat Baik Kepada Segala Sesuatu ini ke jejaring sosial yang Anda miliki seperti Facebook, Twitter dan yang lainnya. Semoga pembahasan hadits berbuat baik ini bisa menjadi pembuka pintu kebaikan bagi kita semua. Dapatkan informasi dari Radio Rodja 756 AM, melalui Telegram Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui Facebook
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita. Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.
ALLAH sentiasa membukakan kepada kita pintu untuk menuntut ilmu dan belajar terutama semenjak kemunculan COVID-19. Lebih banyak masa terluang untuk kita dapat manfaatkan. Manusia diciptakan dengan penuh kelemahan, dengan penuh keterbatasan, penuh kehinaan dan kemiskinan. Yang memiliki kekuatan tanpa batas, yang memiliki kemampuan tanpa batas hanyalah Allah sahaja. Advertisement Allah yang menerbitkan matahari dari Timur, dan menenggelamkannya di Barat. Allah yang menciptakan virus-virus dan Dia jugalah yang menciptakan ubat-ubat atau penawar. Maka tidak ada jalan dan cara yang paling terbaik untuk keluar daripada kelemahan diri, kecuali dengan menyerahkan semuanya kepada yang Maha Kuat, kepada yang Maha Kaya, kepada yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Di zaman Nabi Musa ada seorang yang beriman, yang menyembunyikan keimanan dan keislamannya, yang dikenal dengan mukmin ahli keluarganya Firaun. Akhirnya dia bangkit kerana tidak mampu melihat pelbagai penentangan terhadap dakwah Nabi Musa Dia mengajak kaumnya untuk beriman dan menerima dakwah Nabi Musa tetapi akhirnya kaumnya marah, dan mereka merancang untuk menimpakan sesuatu kepada orang yang beriman ini. Di ketika melihat kondisi yang begitu mencengkam, di mana masyarakat yang merupakan kerabatnya sendiri, keluarganya sendiri, ternyata mereka sendiri hendak membunuh keluarganya sendiri. Siapa yang tidak kenal Firaun yang mempunyai bala tentera yang begitu ramainya, yang begitu berani dan kejam menindas dan membunuh bayi-bayi lelaki yang baru lahir. Apa kata Allah Allah ceritakan dalam surah Ghaffir ayat 44 dan 45 فَسَتَذۡكُرُونَ مَآ أَقُولُ لَكُمۡۚ وَأُفَوِّضُ أَمۡرِيٓ إِلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَصِيرُۢ بِٱلۡعِبَادِ “Kiranya kamu tetap berdegil sekarang maka kamu sudah tentu akan mengetahui kebenaran apa yang aku katakan kepada kamu; dan aku sentiasa menyerahkan urusanku bulat-bulat kepada Allah untuk memeliharaku; sesungguhnya Allah Maha Melihat akan keadaan hamba-hambaNya”. Ghafir 44 فَوَقَىٰهُ ٱللَّهُ سَيِّـَٔاتِ مَا مَكَرُواْۖ وَحَاقَ بِـَٔالِ فِرۡعَوۡنَ سُوٓءُ ٱلۡعَذَابِ “Dengan keikhlasannya dan penyerahan dirinya kepada Allah maka ia diselamatkan oleh Allah dari angkara tipu daya mereka; dan Firaun bersama-sama kaumnya ditimpa azab seksa yang seburuk-buruknya,” Ghafir 45 Orang ini mengatakan bahawa aku serahkan semua urusanku kepada Allah aku sandarkan hidupku kepada-Nya, aku bertawakal kepada-Nya, kerana Allah yang akan mencukupi orang-orang yang menyerahkan urusannya kepada Allah dan inilah makna tawakal yang hakikatnya menyerahkan semuanya kepada Allah Nabi Muhammad setiap malam tatkala Beliau meletakkan tubuhnya, di atas tempat tidurnya sebelum Beliau memejamkan mata, Beliau berdoa dan membaca doa sebelum tidur, “Ya Allah, aku serahkan diriku kepada-Mu, aku serahkan urusanku kepada-Mu dan aku hadapkan wajahku kepada-Mu dan aku sandarkan belakangku kepada Kekuasaan Mu dengan keinginanku dan ketakutanku kepada-Mu, tiada tempat pergantungan dan tiada tempat untuk menyelamatkan diri daripada-Mu kecuali kepada-Mu, aku beriman dengan kitab-Mu yang Engkau turunkan dan aku beriman dengan Nabi-Mu yang Engkau utuskan.” Bukhari dan Muslim Doa ini mengandungi unsur yang melepaskan kekuatan seorang hamba dan menyerahkan semuanya kepada Allah Melakukan itu dengan penuh harap dan cemas. Hanya kepada Allah, manusia berharap dan takut. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di waktu tidur kita, mungkin banjir kilat, mungkin ribut yang meruntuhkan atap rumah kita, mungkin kebakaran, mungkin ada rompakkan dan bermacam-macam kemungkinan. Ketidaktahuan kita, seharusnya membuatkan kita menyerahkan semua urusan kita kepada Allah yang Maha Tahu ketidak mampuan kita. Sepatutnya semua ini menjadikan kita termotivasi untuk menyerahkan semuanya kepada Allah Tuhan yang Maha Berkuasa. Nabi sendiri menyerahkan semua urusannya kepada Allah Jadi penyerahan semuanya kepada Allah inilah roh nyawa kepada tawakal itu sendiri. Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, mendefinasikan makna dari tawakal itu ialah menyerahkan segala-galanya kepada Allah Ini makam yang terkhusus dari makamnya orang-orang yang kenal Allah Makin engkau kenal Allah semakin engkau menyerahkan segala-galanya kepada Allah Dan Ibnu Qayyum juga mengatakan, Menyerahkan itu adalah rohnya tawakal, isinya hakikat kepada tawakal. Iaitu menyerahkan semua urusanmu kepada Allah dan menyandarkannya kepada Allah dia melakukan itu disebabkan ikhtiar dia, sebagai usaha dia dan memang seharusnya dia berbuat begitu. Jadi seorang hamba ketika dia menyerahkan segala-galanya kepada Allah bukan kerana terpaksa dan sebagainya tetapi memang seharusnya kita sebagai hamba menyerahkan segala-galanya kepada Allah Dan ini adalah sebagai bentuk ibadah dalam langkah kita berikhtiar. Dan Ibnu Qayyim menjelaskan bahawa dia memberikan perumpamaan seperti penyerahan seorang anak bayi yang lemah yang tidak mampu berbuat apa-apa yang boleh dijadikan perlindungan, kecuali kepada bapanya. Kenapa? Kerana dia tahu bapanya sayang kepadanya, bapanya peduli kepadanya, bapanya sentiasa ambil tahu ke atasnya, pengurusan bapanya ke atas dirinya lebih baik dari dirinya sendiri. Bapanya mengatur dan membantu apa-apa sahaja urusannya untuk keperluannya sendiri. Tiada orang lain yang lebih mampu, yang lebih baik untuk diserahkan urusannya selain bapanya. Sebab dia tahu siapa bapanya. Maka seperti itu jugalah orang yang bertawakal, di mana dia tidak dapat berlindung kecuali kepada Tuhannya. Jadi menyerahkan segalanya kepada Allah itu bukan kerana terpaksa tetapi memang pilihan kita. Kerana kita tahu dengan keterbatasan kita, semua usaha, semua ikhtiar dan semua sebab yang kita jalani, kita yang melakukannya sendiri tetapi urusannya kita serahkan semuanya kepada Allah Contohnya, seperti orang keluar dari rumahnya, dia pastikan semuanya dalam keadaan baik, pintu rumahnya berkunci, kenderaannya dalam keadaan baik dan dia bergerak dengan lafaz Bismillah dan berdoa, “Dengan nama Allah aku bertawakal kepada-Nya dan tiada daya serta upaya kecuali dengan keizinan Allah Abu Daud dan At-Tirmizi Dengan nama Allah kita serahkan semua urusan hidup kita kepada Allah Kenapa? La hawla wala quwwata illa billah’ tiada daya dan kekuatan kecuali dengan bantuan Allah dan dengan izin Allah sehingga setiap hari di waktu pagi dan petang, Nabi mengajarkan kita membaca doa ini Maksudnya, “Wahai Tuhan yang tetap hidup, yang kekal memerintah selama-lamanya, dengan rahmat-Nya aku memohon pertolongan. Perelokkanlah bagiku segala urusanku semuanya dan janganlah Engkau biarkan nasibku ditentukan oleh diriku sendiri walaupun sekadar sekelip mata.” Al-Hakim mentashihnya dan disokong oleh Az-Zahabi Kita mesti menyerahkan semua urusan kita kepada Allah kerana Allah tahu. Usaha tanpa bantuan Allah tidak akan menjadi. Nabi ajarkan ini kepada kita, tawakal ini amalan hati. Semua ikhtiar dan usaha kita, seperti bekerja, jaga SOP dan yang lain-lain, ini ikhtiar kita tetapi tawakal kita di dalam hati. Jadi kena disynchronicekan atau diselaraskan antara usaha dan tawakal. Tawakal amalan hati dan usaha, amalan fizikal kita, kedua-duanya mesti seiring. Menyerahkan semuanya kepada Allah merupakan buah dari keimanan. Orang beriman itu, syaratnya mesti serahkan semua urusannya kepada Allah Allah berfirman dalam surah At-Taubah ayat 51 قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوۡلَىٰنَاۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ “Katakanlah wahai Muhammad “Tidak sekali-kali akan menimpa kami sesuatu pun melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung yang menyelamatkan kami, dan dengan kepercayaan itu maka kepada Allah jualah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal”.” At-Tawbah 51 Ayat ini mengenai musibah. Musibah datang tanpa diundang. Kita tidak menginginkan terkena musibah dan begitu juga kita tidak menginginkan terkena COVID-19, begitu juga kepada frontliners yang terlibat secara langsung dengan urusan dan perawatan penyakit COVID-19. Semua orang tidak ingin terlibat dengan COVID-19. Sudah patuhi pemakaian SOP tetapi kalau masih juga terkena COVID-19 maka serahkanlah segala-galanya kepada Allah Setiap mukmin ada keyakinan di dalam dirinya bahawa tidak menimpa sesuatu kepada kita kecuali sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah Allah pelindung kita. Jadi di ketika musibah datang kepada kita, kita akan memahami bahawa semuanya ini Allah yang telah menentukannya lalu kita akan bersabar menerimanya dan mencari hikmah di sebaliknya. Cuba lihat dalam surah Al-Maidah ayat 23 …وَعَلَى ٱللَّهِ فَتَوَكَّلُوٓاْ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ “…dan kepada Allah jualah hendaklah kamu berserah setelah kamu bertindak menyerang, jika benar kamu orang-orang yang beriman.” Al-Ma’idah 23 Tawakal itu bukanlah maksudnya, misalnya dia sudah divaksin 2 kali dan sudah ambil vaksin penggalak, booster, sudah pakai pelitup muka dan lain-lain arahan Kementerian Kesihatan, maka seseorang itu tidak akan dijangkiti wabak. Tetapi tawakal itu di sini bermaksud bahawa yang menyelamatkan dari penyakit ini adalah Allah Sebab itu para doktor dan Kementerian Kesihatan telah menyatakan, walaupun rakyat sudah divaksin bukan jaminan dia akan terhindar dari jangkitan COVID-19. Sebab itu Allah telah jadikan syarat beriman itu, engkau mesti bertawakal kepada Allah seperti yang Allah nyatakan dalam firman-Nya surah al-Maidah ayat 23 di atas. Dan dalam surah Yunus ayat 84 hingga 86 وَقَالَ مُوسَىٰ يَٰقَوۡمِ إِن كُنتُمۡ ءَامَنتُم بِٱللَّهِ فَعَلَيۡهِ تَوَكَّلُوٓاْ إِن كُنتُم مُّسۡلِمِينَ “Dan Nabi Musa pula berkata kepada kaumnya “Wahai kaumku! Kalau sungguh kamu beriman kepada Allah, maka hendaklah kamu berserah diri kepadaNya, jika betul kamu orang-orang Islam yang berserah diri bulat-bulat kepada Allah”.” Yunus 84 فَقَالُواْ عَلَى ٱللَّهِ تَوَكَّلۡنَا رَبَّنَا لَا تَجۡعَلۡنَا فِتۡنَةٗ لِّلۡقَوۡمِ ٱلظَّٰلِمِينَ “Lalu mereka berkata “Kepada Allah jualah kami berserah. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau jadikan kami landasan fitnah kesengsaraan bagi kaum yang zalim ganas.” Yunus 85 وَنَجِّنَا بِرَحۡمَتِكَ مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَٰفِرِينَ “Dan selamatkanlah kami dengan rahmatMu dari angkara kaum yang kafir”. Yunus 86 Allah menceritakan mengenai Nabi Musa bersama kaumnya dan kezaliman Firaun kepada mereka. Bagi wanita mengandung, selamat sahaja melahirkan anak lelaki, anak itu akan disembelih. Sehingga kaumnya mengatakan, wahai Musa sebelum kamu datang, kami sudah ditindas dan disakiti oleh Firaun dan selepas engkau datang pun, kami tetap begini juga, tidak berubah. Di Ketika inilah, Nabi Musa menanamkan keimanan ke dalam diri kaumnya. Bahawa segala sesuatu bukan berserah kepada Musa dan lain-lain tetapi kepada Allah seperti dalam ayat di atas, serahkan segala-galanya kepada Allah Apa kata Nabi Musa kepada kaumnya dan Allah nyatakan di dalam al-Quran di atas. Kalau kalian benar-benar beriman serahkan segala-galanya kepada Allah Sinonim dengan maksud Islam itu sendiri iaitu berserah kepada Allah tanpa banyak mengeluh, mengadu, fikiran kacau dan lain-lain. Kalau kalian beriman serahkan segalanya kepada Allah Allah sangat sayang kepada hamba-hamba-Nya. Allah lebih tahu mana yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya. Dan Allah lebih mampu untuk memberikan yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya kerana Allah Maha Kaya. Ingat! Di ketika lisan mengatakan tawakal, hati mesti menyerahkan segala-galanya kepada Allah Di samping berdoa, bekerja untuk mencari rezki, beraktiviti untuk menjaga kesihatan diri juga keluarga, makan makanan yang sihat tetapi hati mesti menyerahkan semuanya kepada Allah Betapa banyaknya ayat-ayat di dalam al-Quran yang memerintahkan Nabi Muhammad dan manusia untuk bertawakal. Kenapa? Kerana ramai manusia rasa kuat, rasa bijak, rasa mampu untuk melakukan sendiri segala-galanya. Dan ada di kalangan manusia yang ketika berhadapan dengan ujian, musibah dan kesulitan dalam hidup, dia tidak mampu menghadapinya, lalu mengalah dan berputus asa, seolah-olah dia merasakan bebanan musibah ini lebih berat dari kemampuan yang dia ada dan dia lupa untuk menyerahkan semuanya kepada Allah Dalam surah Hud ayat 123 وَلِلَّهِ غَيۡبُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَإِلَيۡهِ يُرۡجَعُ ٱلۡأَمۡرُ كُلُّهُۥ فَٱعۡبُدۡهُ وَتَوَكَّلۡ عَلَيۡهِۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَٰفِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُونَ “Dan Allah jualah yang mengetahui rahsia langit dan bumi dan kepadaNyalah dikembalikan segala urusan. Oleh itu, sembahlah akan Dia serta berserahlah kepadaNya. Dan ingatlah, Tuhanmu tidak sekali-kali lalai akan apa yang kamu lakukan.” Hud 123 Semua yang ghaib baik di langit dan di bumi, segala-galanya milik Allah Dan semua apa-apa sahaja ketentuan, kita serahkan kepada Allah dan moga ianya berakhir dengan kebaikan. Jadi apa tugas kita yang sebenarnya?. Allah mengingatkan semua yang ada di dunia ini dan di akhirat kelak mengikut apa sahaja kata Allah Kalau Allah katakan tidak!, maka ianya tidak. Tiada ada sesuatu yang akan dapat merubah keputusan Allah Kalau Allah kata ya!, maka tiada siapa yang dapat menolak akan terjadinya. Jadi sembahlah Dia. Jangan meminta-minta kepada selain daripada Allah Semua urusan di tangan-Nya. Dan bertawakallah kepada-Nya. Tawakal sangat berkait dengan ibadah. Allahlah memiliki dan berkuasa ke atas setiap sesuatu dan kepada-Nya semua makhluk bertawakal. Semua dalam pengetahuan Allah Melata sekarang umat Islam ditindas dan dizalimi di sana sini. Semuanya Allah tahu. Dalam semua ujian, bala’, musibah, Allah mampu menarik semula semuanya itu kembali, seperti Allah pernah tenggelamkan satu dunia dengan banjir besar di zaman Nabi Nuh وَكَّلۡ عَلَى ٱلۡحَيِّ ٱلَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحۡ بِحَمۡدِهِۦۚ وَكَفَىٰ بِهِۦ بِذُنُوبِ عِبَادِهِۦ خَبِيرًا “Dan berserahlah engkau kepada Allah Tuhan Yang Hidup, yang tidak mati; serta bertasbihlah dengan memujiNya; dan cukuplah Ia mengetahui secara mendalam akan dosa-dosa hambaNya;” al-Furqan 58 وَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱلۡعَزِيزِ ٱلرَّحِ “Dan berserahlah kepada Allah Yang Maha Kuasa, lagi Maha Mengasihani,” ash-Shu’ara 217 Maka bertawakallah kepada Tuhan yang maha Perkasa dan Penyayang dan menyebut Hasbunallah wani’mal wakil seperti kaumnya Nabi Musa. Kerana manusia itu ketika berbuat sesuatu, dia selalu mengharapkan sesuatu sebagai balasan, apa yang dia akan dapat? Contohnya, doktor berkata kepada pesakitnya, engkau mesti divaksin. Pesakit akan bertanya semula, kenapa harus divaksin dan apa kebaikannya? Lalu para doktor akan menjelaskan bahawa, vaksin COVID-19 mampu melindungi tubuh seseorang dari infeksi virus Corona. Tidak hanya itu, jika kamu terinfeksi virus penyebab COVID-19, vaksin boleh membantu mencegah tubuhmu dari kesan sakit parah atau potensi terkena komplikasi serius. Setelah berusaha, bertawakallah sepenuhnya kepada Allah Impaknya, apa yang kita dapat? 1. Dapat cinta dari Allah Kita cuma seorang hamba yang lemah, hina dan miskin. Rasa kehambaan ini akan menjadikan dirinya semakain rasa sangat memerlukan Allah balasannya, Allah akan semakin cinta dan belas kasihan kepada hamba-Nya ….فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ “… maka bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mengasihi orang-orang yang bertawakal kepadaNya.” Aal-E-Imran 159 Dan inilah makna realisasi ubudiyah penghambaan yang sempurna kepada Allah Taala “…Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Dan jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan menjadi pendengarannya yang dia pergunakan untuk mendengar, pandangannya yang dia pergunakan untuk memandang, tangannya yang dia pergunakan untuk menyerang, dan kakinya yang dia pergunakan untuk berjalan. Dan jika meminta kepada-Ku pasti Aku akan memberinya, dan jika memohon perlindungan kepada-Ku pasti Aku akan melindunginya…” Hadis Qudsi, Diriwayatkan oleh Al-Bukhari 2. Allah akan mencukupkan semua urusan hamba-Nya. Allah akan anugerahkannya ketenangan, kedamaian, tak panik, kemudahan dan bermacam-macam lagi untuk keperluannya. Contoh, ketika Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam api, Nabi Ibrahim tak panik, cuma mengatakan hasbunallah wani’ma lwakil. Allah sebaik-baik pelindung. Jadi kalau kita tawakal kepada Allah kita akan rasakan kedamaian, ketenangan kerana Allah akan mencukupkan kita. Seperti firman Allah dalam surah At-Talak ayat 3 وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمۡرِهِۦۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَيۡءٖ قَدۡرٗا “Serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas di hatinya. Dan Ingatlah, sesiapa berserah diri bulat-bulat kepada Allah, maka Allah cukuplah baginya untuk menolong dan menyelamatkannya. Sesungguhnya Allah tetap melakukan segala perkara yang dikehendakiNya. Allah telahpun menentukan kadar dan masa bagi berlakunya tiap-tiap sesuatu.” At-Talaq 3 Allah telah memberi jaminan pertolongan kepada yang bertawakal. Apakah kita masih meraguinya? Seharusnya ia mesti benar-benar bertawakal dalam semua urusannya. Jika bertawakal, Allah akan selesaikan. 3. Allah akan selamatkan dari syaitan. Kita tahu syaitan itu musuh kita, dan syaitan sentiasa berusaha menguasai kita, mengatur kita, kerana ia ingin mempunyai kawan sebanyak-banyaknya di neraka sana. Salah satu cara untuk menolak dan menjaga diri dari godaan iblis adalah dengan senantiasa berzikir dan meminta bantuan kepada Allah نَّهُۥ لَيۡسَ لَهُۥ سُلۡطَٰنٌ عَلَى ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ “Sesungguhnya Syaitan itu tidak mempunyai sebarang pengaruh terhadap orang-orang yang beriman dan yang berserah bulat-bulat kepada Tuhan mereka.” an-Nahl 99 Bila melihat orang sedang stres kemurungan dari tekanan, resah, kesusahan, putus asa, ingin bunuh diri dan lain-lain, lalu di ketika dalam situasi begini, ada yang akan menyalahkan Allah Ada yang ketika ditimpa musibah lalu mempersoalkan, apa dosaku? Allah tak sayangkan aku? atau adakah Allah telah menzalimi diriku?. Na’zubillah min zaalik. Tetapi bagi orang yang bertawakal kepada Allah apa yang akan terjadi? Allah akan menjagai dan melindunginya dari godaan dan tipu daya syaitan kerana hatinya bergantung kepada Allah Dan Allah sebutkan dalam surah an-Nahlu ayat 99 di atas. Syaitan tidak akan dapat menguasai orang beriman yang bertawakal. 4. Mengusir dari jiwa dan diri kita, rasa keraguan, rasa was-was, perasaan persimis, percaya kepada angka, percaya kepada binatang-binatang tertentu yang membawa sial, angka-angka tertentu, hari-hari tertentu seperti bulan Safar dan banyak lagi kepercayaan khurafat yang ada dalam masyarakat. Bagaimana untuk membuang perasaan ini? Tawakal dengan Allah dan mengucapkan hasbunallah “Sabda Rasulullah “Tiada penularan penyakit, tiada thiyarah, tiada nasib malang pada burung hantu dan tiada musibah pada bulan Safar.”” Hadis Riwayat al-Bukhari Menjadi kebiasaan orang jahiliah mempercayai sial burung yang menentukan nasib baik buruk apabila mereka mahu keluar sama ada untuk berniaga atau bermusafir “Rasulullah menyebut “Sesiapa yang menangguhkan hajatnya kerana mempercayai burung sesungguhnya dia melakukan perkara syirik.”” Hadis Riwayat Ahmad Itulah kepercayaan yang menjadi prinsip akidah umat Islam melalui Rukun Iman keenam iaitu beriman kepada qada’ dan qadar “Katakanlah wahai Muhammad “Tidak sekali-kali akan menimpa kami sesuatu pun melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung yang menyelamatkan kami, dan dengan kepercayaan itu maka kepada Allah jualah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal”.” at-Tawbah 51 “Rasulullah memberi amaran “Menyandarkan keburukan kepada sesuatu ialah syirik dan tidak termasuk ke dalam golongan kami melainkan mereka yang beriman sahaja. Sesungguhnya Allah menghilangkan syirik itu dengan tawakal.” Hadis Riwayat Ibnu Majah 5. Tawakal ini merupakan benteng yang sangat kuat, dalam menghadapi kezaliman orang-orang yang zalim, dalam menghadapi kejahatan orang-orang yang jahat. Dalam menghadapi konspirasi orang-orang yang berniat jahat kepada kita dan umat Islam. Bagaimana kita menghadapinya? Serahkan kepada Allah seperti firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 173 dan 174 لَّذِينَ قَالَ لَهُمُ ٱلنَّاسُ إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدۡ جَمَعُواْ لَكُمۡ فَٱخۡشَوۡهُمۡ فَزَادَهُمۡ إِيمَٰنٗا وَقَالُواْ حَسۡبُنَا ٱللَّهُ وَنِعۡمَ ٱلۡوَكِيلُ “Mereka juga ialah yang diberitahu oleh orang-orang pembawa berita kepada mereka “Bahawa kaum kafir musyrik telah mengumpulkan tentera untuk memerangi kamu, oleh itu hendaklah kamu gerun kepadanya”. Maka berita itu makin menambahkan iman mereka lalu berkata “Cukuplah untuk menolong kami, dan Ia sebaik-baik pengurus yang terserah kepadaNya segala urusan kami”” Aal-E-Imran 173 فَٱنقَلَبُواْ بِنِعۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَفَضۡلٖ لَّمۡ يَمۡسَسۡهُمۡ سُوٓءٞ وَٱتَّبَعُواْ رِضۡوَٰنَ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ ذُو فَضۡلٍ عَظِيمٍ “Setelah pergi mengejar musuh, mereka kembali dengan mendapat nikmat dan limpah kurnia dari Allah, mereka tidak disentuh oleh sesuatu bencana pun, serta mereka pula menurut keredaan Allah. Dan ingatlah, Allah mempunyai limpah kurnia yang amat besar.” Aal-E-Imran 174 Allah menceritakan mengenai kisah orang-orang Musyrikin di waktu perang Uhud. Ketika umat Islam telah dikalahkan, mereka pulang kerana telah menang tetapi mereka datang semula untuk memusnahkan seluruh umat Islam. Dan Ketika perang Ahzab, orang-orang Musyirikin, dengan 10,000 kekuatan tentera gabungannya, mereka datang untuk menghancurkan umat Islam dan kota Madinah. Apa yang terjadi kepada Nabi dan para Sahabat? Allah ceritakan hal ini dalam ayat-ayat di atas. Ketika umat Islam ditakut-takutkan dengan kekuatan musuh dan ancaman yang dahsyat, ternyata hal ini menambahkan keimanan para Sahabat. Dan mereka mengatakan, Hasbunallah wani’mal wakil’. Malah musuh-musuh pula yang mendapat musibah dari perancangan mereka sendiri. Cuba fahami kisah Ashabul Ukhdud ini. Kisah anak muda yang menyandarkan dan menyerahkan setiap sesuatunya hanya kepada Allah “Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berkenan dengan kisah Ashabul Ukhdud, dari Shuhaib “Ada seorang raja pada umat sebelum kalian. Dia punya tukang sihir. Ketika tukang sihir itu sudah mulai tua, ia berkata kepada raja, “Aku sudah tua, kirimkan kepadaku anak muda agar aku ajari sihir! Maka raja itu pun mengirimkan satu anak muda agar diajari sihir. “Di tengah jalan yang ditempuh anak muda ini, terdapat seorang rahib, maka anak muda itu pun duduk mendengarkan ucapan rahib dan merasa tertarik. Akhirnya tiap datang ke tukang sihir ia singgah kepada rahib untuk belajar darinya, sehingga jika datang ke tukang sihir ia dipukul, maka ia adukan hal itu kepada rahib. Rahib mengatakan, “Jika kamu takut kepada tukang sihir itu, katakan keluargaku menahanku. Dan jika kamu takut pada keluargamu maka katakan tukang sihir menahanku”. “Pada suatu hari yang biasa ia lalui, ada seekor binatang besar yang menghalangi manusia, menutupi jalan. Maka ia berkata dalam hati, ”Hari ini aku tahu apakah tukang sihir yang lebih utama ataukah rahib, ia mengambil batu kemudian berkata, ”Ya Allah jika urusan rahib yang lebih Engkau cintai daripada tukang sihir, maka bunuhlah binatang besar ini, supaya manusia boleh melalui jalan itu”. Kemudian ia melempar batu tersebut ke arah binatang tersebut dan binatang itu mati, manusia pun boleh melalui jalan itu. “Kemudian ia datang kepada rahib dan menceritakan kisah tersebut, rahib berkata kepadanya, “Wahai anakku, sekarang kamu lebih baik daripadaku, urusanmu telah mencapai tingkatan seperti yang aku lihat, dan kamu pasti akan mendapat cubaan, jika kamu diuji maka jangan menunjukkan mengenaiku jangan ceritakan aku. “Anak muda ini boleh mengubati orang buta sejak lahir, penyakit kulit serta mengubati manusia dari berbagai penyakit. Orang dekat raja yang buta mendengar mengenai anak muda ini, maka ia mendatanginya dengan membawa banyak hadiah. Ia berkata, ”Semua ini aku kumpulkan untukmu jika kamu boleh menyembuhkan aku.” anak muda itu menjawab Sesungguhnya aku tidak mampu menyembuhkan siapapun, tetapi Allah yang menyembuhkan, jika kamu beriman kepada Allah, maka aku akan berdoa agar Allah menyembuhkanmu.” “Orang dekat raja itu pun beriman, dan Allah menyembuhkan kebutaannya. Ia datang menghadap raja, duduk sebagaimana biasa, raja bertanya,”Siapa yang menyembuhkanmu?” ia menjawab, “Rabb ku”, raja bertanya, ”Apa kamu punya tuhan selain aku?” ia menjawab “Rabb ku dan Rabb mu”, maka ia menghukum dan menyeksa orang itu hingga ia menunjukkan perihal anak muda tersebut. “Anak muda itu pun dibawa menghadap. Raja bertanya, ”Apakah sihirmu sudah boleh menyembuhkan orang yang buta sejak lahir, penyakit kulit dan lain-lain?” ia menjawab, “Aku tidak bisa menyembuhkan siapapun, yang menyembuhkan hanyalah Allah.” Maka anak muda ini dihukum dan diseksa hingga menunjukkan perihal rahib, dan akhirnya rahib itu didatangkan dan diperintahkan, “Kembaliah keluarlah dari agamamu sekarang!” Rahib itu menolak dan diletakkan sebuah gergaji, diletakkan tepat di atas kepalanya, kemudian dibelah hingga terbelah. Kemudian orang dekat raja didatangkan lagi dan dikatakan ”Tinggalkan agamamu!” Dia menolak, maka diletakkan gergaji di atas kepalanya dan dibelah. “Lalu didatangkan lagi anak muda itu dan dikatakan kepadanya, ”Keluarlah dari agamamu!” dan ia menolak, maka raja itu memerintahkan pasukannya untuk membawanya ke puncak gunung, mereka menyeretnya ke puncak gunung,” Jika kalian sudah sampai di puncak gunung, sampaikan kepadanya untuk meninggalkan agamanya. Jika menolak ,maka lemparkan ia ke bawah!” “Mereka membawa anak muda itu ke puncak gunung, sedang ia berdoa ”Ya Allah, cukupkanlah aku dari mereka dengan apapun yang Engkau kehendaki” Gunung bergoncang dan mereka berjatuhan, maka ia berjalan kembali pulang menuju istana raja. Raja bertanya, “Apa yang dilakukan rombongan padamu?” Ia menjawab, “Allah mencukupkan aku dari mereka” “Raja kembali memerintahkan orang-orang untuk membawanya, “Bawalah ia ke dalam sebuah kapal kecil sampan, seret hingga ke tengah laut!” Mereka membawa anak muda itu ke laut dalam sampan kecil, ia berdoa “Ya Allah, cukupkanlah aku dari mereka dengan apa saja yang Engkau mahu” Tiba-tiba kapal mereka terbalik dan mereka tenggelam. Kembali ia berjalan menuju raja. Raja bertanya, ”Apa yang terjadi dengan rombonganmu?” Ia menjawab, ”Allah mencukupkan aku dari mereka” kemudian ia berkata, “Kamu tidak akan bisa membunuhku hingga aku perintahkan kamu” “Raja bertanya, ”Siapa itu?” Ia menjawab, ”Kumpulkan semua manusia dalam satu tempat lapang, salib aku di atas pohon kurma, kemudian ucapkan, ”Dengan nama Allah, Rabb anak muda ini” lalu lepaskan anak panah itu, jika kamu melakukan itu maka kamu akan bisa membunuhku.” “Raja mengumpulkan rakyatnya dalam tempat lapang, dan anak muda tersebut telah disalib di atas pohon kurma, kemudian ia mengambil anak panah dari tempat anak panah pemuda itu, meletakkannya tepat di tengah busur, kemudian membaca, ”Dengan nama Allah, Rabb anak muda ini.” kemudian melepaskannya dan anak panah itu tepat mengenai pelipisnya. Anak muda itu meletakkan tangannya di pelipis pada anak panah yang menancap, lalu ia mati. “Orang-orang yang hadir berteriak, ”Kami beriman kepada Rabb anak muda ini. Kami beriman kepada Rabb anak muda ini. Kami beriman kepada Rabb anak muda ini!” “Raja diberitahu, ”Tahukah anda bahwa apa yang anda takutkan? Demi Allah apa yang anda khuatirkan telah terjadi. Manusia telah beriman kepada Allah.” Maka raja ini memerintahkan untuk menggali parit di mulut-mulut besi. “Maka dibuatlah, kemudian dinyalakan api. Lalu ia berkata, “Siapa yang tidak kembali dari agamanya agama raja maka bakar mereka! Perintah itupun dilaksanakan, hingga giliran Ibu muda dengan bayinya, wanita ini merasa ragu dan takut dilemparkan ke dalam parit yang menyala, maka bayinya berkata “Hai ibu, sabarlah, kerana engkau di atas kebenaran.” “Dalam satu riwayat, “Dibawalah seorang wanita menyusui, dikatakan kepadanya, “Tinggalkan agamamu, jika tidak maka kami akan lempar kamu dan juga bayimu! Ibu itu merasa kasihan dengan bayinya dan berniat hendak kembali dari agamanya agama raja, maka bayi itu berkata kepadanya, “Hai Ibu, tetaplah di atas kebenaran, sesungguhnya jika kembali kepada kekufuran, adalah aib dan kehinaan. Maka mereka melemparkannya juga bayinya ke dalam api.” Hadis Riwayat Muslim Imam Ibnu Qayyim mengatakan, Tawakkal itu di antara sebab terkuat dalam menghadapi gangguan dari orang-orang yang ingin menzaliminya. Segala-galanya diserahkan kepada Allah 6. Orang yang menyerahkan segalanya kepada Allah Allah akan berikan rezeki seperti Allah memberikan rezeki kepada burung. Bagaimana burung, pagi keluar mencari rezeki, Ketika petang dia sudah kenyang. Rasulullah mengibaratkan tawakal seperti perilaku burung وْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ، تَغْدُوا خِمَاصاً وَتَرُوْحُ بِطَاناً “Sungguh seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, nescaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana rezekinya burung-burung. Mereka berangkat pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang hari dalam keadaan kenyang.” Hadis Riwayat Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Al-Hakim, Ibnu Hibban, dan Al-Mubarak dari Umar bin Khathab 7. Mereka yang menyerahkan segalanya kepada Allah akan masuk syurga tanpa hisab. Janji Allah itu benar. Imam Bukhari di dalam kitab shahihnya telah meriwayatkan sebuah Hadis dari Ibnu Abbas dari Nabi bahawa beliau bersabda yang bermaksud “…akan ada yang akan masuk syurga tanpa hisab sejumlah 70,000 orang. Kemudian Nabi masuk tanpa menjelaskan hal itu kepada para Sahabat. Maka para Sahabat pun membicarakan mengenai 70,000 orang itu. Mereka berkata, Kita orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti Rasul-Nya maka kitalah mereka itu atau anak-anak kita yang dilahirkan dalam Islam, sedangkan kita dilahirkan di masa jahiliyah.’ Maka sampailah hal itu kepada Nabi lalu beliau keluar dan berkata, mereka adalah orang yang tidak minta diruqyah dimanterai, tidak meramal nasib Takhayul dan kurafat dan tidak melakukan pengubatan dengan cara di-kai, dan hanya kepada Allahlah mereka bertawakal.” Hadis Riwayat Bukhari 8270 Kesimpulan Tawakal yang sebenarnya mengikut Ibnu Rajab Rahimahullah dalam Jami’ul Ulum wal Hikam tatkala menjelaskan Hadis no. 49 mengatakan, Tawakal adalah benarnya penyandaran hati pada Allah untuk meraih berbagai kemaslahatan dan menghilangkan bahaya baik dalam urusan dunia mahupun akhirat, menyerahkan semua urusan kepada-Nya serta meyakini dengan sebenar-benarnya bahawa tidak ada yang memberi, menghalangi, mendatangkan bahaya, dan mendatangkan manfaat kecuali Allah semata.’ Perhatikanlah firman Allah yang maksudnya “Barangsiapa bertakwa kepada Allah nescaya Dia akan memberikan jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah nescaya Allah akan mencukupkan keperluannya.” at-Talaq 2-3 Nabi pernah membaca ayat ini kepada Abu Dzar. Lalu Beliau berkata kepadanya yang bermaksud “Seandainya semua manusia mengambil nasihat ini, sungguh hal ini akan mencukupi mereka.” Yaitu seandainya manusia benar-benar merealisasikan takwa dan tawakal, maka sungguh Allah akan mencukupi urusan dunia dan agama mereka.” Jami’ul Ulum wal Hikam, penjelasan Hadits no. 49 Wallahu’lam FARIDAH KAMARUDDIN – HARAKAHDAILY 8/12/2021
allah ambil sesuatu dari kita